Time to read: 7 Menit

(Bianca Evangelista)

Liburan ke Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, kurang pas rasanya kalau kamu belum melihat dan mengunjungi Jam Gadang. Menara jam yang menjadi ikon Kota Bukittinggi ini disebut-sebut sebagai kembaran Big Ben London. Nggak kalah populer dengan kepunyaan Inggris, Jam Gadang tentunya mampu menarik perhatian bukan hanya wisatawan lokal tapi juga mancanegara.  Selain menjadi ikon kota, Jam Gadang menyimpan banyak fakta menarik terkait keberadaannya, bahkan ada yang masih menjadi misteri hingga saat ini.

  1. Sejarah Pembangunan

Foto : Jam Gadang. Sumber : Canva.com

Jam Gadang sudah ada sejak lama, sejak tahun 1926. Bangunan ini dibangun pada masa Pemerintah Hindia-Belanda di Indonesia. Dibangun atas perintah Ratu Wilhelmina dari Belanda sebagai hadiah bagi sekretaris Kota Bukittinggi (controleur Fort de Kock), HR Rookmaaker. Jam Gadang sendiri dirancang oleh arsitek asli Minangkabau, Jazid Rajo Mangkuto Sutan Gigi Ameh dan ditempatkan di tengah Taman Sabai Nan Aluih. Hal menarik dari pembangunan monumen jam gadang ini, kontruksinya bukan menggunakan rangka logam dan semen, tapi menggunakan campuran batu kapur, putih telur, dan pasir. Pembangunan Jam Gadang menghabiskan dana sampai 3.000 gulden, jumlah yang fantastis bukan?!. Dengan jumlah dana segitu tak ayal Jam Gadang menjadi pusat perhatian bahkan sebelum peresmiannya.

  1. Bentuk Atap yang Berubah

Foto : Jam Gadang. Sumber : Canva.com

Tahukah kamu sejak didirikan, Jam Gadang sudah mengalami tiga kali perubahan pada bagian atapnya. Dan uniknya perubahan ini selalu terjadi seiring dengan pergantian pihak yang menduduki Indonesia. Awalnya atap berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur. Kemudian berubah saat Jepang menduduki Indonesia, nah bentuknya saat itu menyerupai pagoda. Perubahan yang terakhir, setelah Indonesia merdeka, diubah menjadi bentuk gonjong menyerupai atap rumah adat Minangkabau. 

  1. Kembaran Big Ben London

Foto : Jam Gadang. Sumber : Canva.com

Landmark kota Bukittinggi ini acapkali disamakan bahkan disebut kembaran dari Big Ben di London, Inggris. Meskipun disebut-sebut sebagai kembaran Big Ben London, kedua monumen jam ini tidak mirip, malah terlihat sangat berbeda. Big Ben London dibangun bergaya Gothik Victoria dengan puncak menara runcing serta lebih tinggi, sedangkan Jam Gadang bergaya lebih modern. Lantas kenapa disebut kembar jika tak sama? Nah, letak kesamaan dua menara jam ini bukan dari bentuknya, melainkan dari mesin dalam kedua menara. Mesin-mesin pada kedua menara jam dibuat oleh pabrik yang sama, yaitu Vortmann Relinghausen di Jerman, dan hanya ada dua unit di dunia, satu unit untuk menara jam Big Ben dan satunya lagi untuk Jam Gadang, keren banget kan!

  1. Misteri Penulisan Angka 4

Sistem penomoran dalam Jam Gadang menggunakan sistem penomoran Romawi, namun jika kamu perhatikan lebih teliti angka empat ditulis dengan cara yang tak lazim. Angka empat pada Jam Gadang bukan ditulis dengan tulisan ‘IV’, melainkan ditulis dengan empat huruf ‘I’ (IIII). Alasan penulisan angka IIII ini sampai sekarang masih menjadi misteri.

Jika kamu bertanya alasan mengapa penulisan angka empat pada Jam Gadang berbeda dengan sistem penomoran Romawi pada umumnya, jangan terkejut kalau nantinya kamu akan mendengar versi cerita yang berbeda-beda. Beberapa orang percaya bahwa penulisan angka IIII tersebut untuk mengenang mengenang empat orang pekerja yang meninggal karena kecelakaan kerja. Ada juga yang percaya bahwa kesalahan itu terjadi karena masalah teknis, penulisan IV dianggap rumit dan membutuhkan lebih banyak besi sehingga tidak ekonomis. Selain itu, ada versi yang menyatakan bahwa angka IV diartikan sebagai “I Victory” yang artinya aku menang. Untuk menghindari arti “aku menang” karena dikhawatirkan memicu pemberontakan untuk menentang penjajah, penulisan angka 4 ditulis sebagai IIII. Versi terakhir menyatakan bahwa pada dasarnya sistem penomeran Romawi memang bervariasi. Hal ini dibuktikan dengan jam matahari yang dibuat sebelum abad ke-19, hampir semuanya menggunakan IIII untuk angka empat, dan Jam Gadang termasuk salah satunya karena dibuat sebelum abad ke-19. Dari beberapa versi di atas, menurut kamu mana yang paling memungkinkan?

Jika kamu ingin menyaksikan keindahan dan keunikan Jam Gadang secara langsung, tidak perlu khawatir mengenai lokasi maupun akses ke sana. Karena Jam Gadang terletak di Pusat kota Bukittinggi, jadi akses untuk ke lokasi ini sangatlah gampang. Perjalanan dapat dilakukan dengan kendaraan pribadi baik berupa motor maupun mobil. Alternatif lainnya, kamu dapat menaiki transportasi umum berupa angkutan kota dengan tujuan langsung ke Jam Gadang hanya dengan membayar Rp3.000,00 murah banget kan. Nah, untuk waktu berkunjung tidak ada batasan, karena Jam Gadang dibuka 24 jam untuk umum dan tidak dipungut biaya kunjungan, ya!

Gimana menarik banget kan Jam Gadang itu? selain indah, banyak informasi menarik yang bakal kita temukan kalau kita berkunjung ke sana. Sayangnya di masa pandemi bepergian ke destinasi wisata sedikit terhambat. Namun jangan khawatir, kamu tetap bisa berkunjung ke destinasi wisata ini, dengan syarat harus tetap mengikuti protokol kesehatan dan menjaga jarak. Walau demikian tidak berkerumun dan pergi ke tempat ramai adalah pilihan terbaik untuk situasi saat ini. Jadi solusi lain buat kamu yang tetap ingin liburan tanpa harus berkerumun, bisa dengan cara mengikuti virtual tour ke destinasi-destinasi wisata yang kamu inginkan. Nah, pas banget nih, Atourin sedang menyelenggarakan virtual tour ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, kamu bisa ikutan dengan cara mendaftarkan diri kamu, untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat di website atau instagram atourin.

Sumber:

http://www.bukittinggikota.go.id/wisata/jam-gadang

https://travelspromo.com/htm-wisata/jam-gadang-bukittinggi/