Time to read: 7 menit

(Shella Efelinna Rudiyanto)

Halo, Sobat Atourin! Jika kamu ingin berwisata ke luar kota, apa saja pertimbangannya? Tentu, sebagian besar akan menjawab biaya hidup dan perjalanan yang murah, serta wisata yang cocok untuk spot liburan. Namun jika ada berbagai seni dan budaya yang menambah keunikan suatu kota, akan membuat perjalanan wisata kamu semakin menarik bukan? Kali ini, Sobat Atourin akan dikenalkan dengan kota yang pasti sesuai dengan keinginan kamu, yakni Kota Sibolga.

Sibolga berada di Provinsi Sumatra Utara atau di pantai barat Pulau Sumatra. Salah satu sumber perekonomian kota dengan Bahasa Minangkabau aksen Pesisir itu berasal dari sektor pariwisata. Salah satu penyebab sektor ini maju adalah rendahnya biaya hidup bagi wisatawan dan penduduk lokal. Biaya hidup di Sibolga hanya mencapai Rp1.000.000,00 hingga Rp1.500.000,00 per bulan. Murah, kan? Kemudian, ada pula beberapa wisata bahari di Sibolga. Pertama, Pulau Poncan Gadang dan Pulau Poncan Ketek. Dengan nama pulau yang hampir serupa, Pulau Poncan Gadang dan Ketek memiliki beberapa kesamaan. Kedua pulau tersebut terkenal dengan keindahan dan kebersihan pantainya, sehingga sangat cocok untuk memancing, diving, dan snorkling. Selain itu, cocok juga untuk bersantai karena pohon kelapa yang tumbuh disekitar pulau menambah kesejukan. Perbedaan Pulau Poncan Gadang dan Ketek hanya karena luas areanya. Sesuai namanya, Pulau Poncan Ketek memiliki luas area yang kecil (ketek=kecil). Apabila kamu ingin berkunjung ke Pulau Poncan Gadang atau Ketek, kamu bisa menggunakan speed boat. Kedua, pulau yang ideal untuk memancing serta menyaksikan bagaimana kapal boat diperbaiki dan rekonstruksi, yaitu Pulau Sarudik. Terakhir, ada Pantai Ujung Sibolga yang dekat dengan pusat kota dan menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi bersama keluarga atau teman dekat. Di pantai tersebut, kamu bisa bersantai dan menyaksikan matahari tenggelam di sore hari.

Selain terkenal dengan biaya hidup dan wisata baharinya, Sibolga terkenal dengan semboyannya, yaitu “Negeri Berbilang Kaum”. Hal ini disebabkan karena kurang lebih ada 15 suku bangsa hidup di Kota Sibolga. Beberapa suku tersebut, seperti Batak, Minang, Nias, Tionghoa, dan Jawa. Karena keragaman ini, Sibolga tentu memiliki ragam suku dan budaya yang dapat kamu saksikan di berbagai upacara, seperti upacara pernikahan, adat, dan festival. Berikut ini, ragam suku dan budaya tersebut.

Kesenian Sikambang

Foto : Alat musik. Sumber : Canva.com

Kesenian Sikambang terdiri dari perpaduan musik, tari, lantunan, dan pantun. Seni tersebut mewakili semua kesenian masyarakat Sumatra bagian pesisir pantai barat, serta menjadi seni warisan budaya kerajaan pesisir, khususnya masa kejayaan Jadayan. Setiap tarian dalam kesenian ini memiliki arti tertentu. Misalnya, tarian sapu tangan dengan lagu “Kapri”, mencerminkan kisah anak muda yang menjalin persahabatan, sehingga menjadi simbol keterbukaan dan moralitas sosial. Sedangkan tarian payung yang diiringi lagu “Kapulo Pinang” menggambarkan kisah pengantin baru yang berpisah karena sang suami harus mencari nafkah di luar negeri. Sebelum pergi, sang suami menyampaikan kata hatinya dalam bentuk pantun. 

Mangure Lawik

Mangure Lawik adalah budaya yang diadakan setiap tahun saat musim penangkapan ikan atau pada tanggal 2 April (hari jadi Kota Sibolga) untuk mengungkapkan rasa bersyukur dan berdoa untuk perlindungan laut. Tradisi ini dilakukan di area Sibustak-bustak Jalan Mojopahit Aek Habil, Sibolga. Salah satu tradisi yang dilakukan dalam budaya Mangure Lawik adalah pemotongan kerbau. Daging kerbau akan dimakan bersama dengan seluruh masyarakat dan kepala kerbau akan dilarung ke tengah laut. Konon, kepala kerbau menjadi persembahan agar laut tidak mencari korban dari manusia. 

Tarian Tor-Tor

Foto: Dua orang wanita menari tor-tor. Sumber : Canva.com

Tarian yang satu ini, pasti tidak asing lagi bagi Sobat Atourin. Tari Tor-Tor masyarakat Batak Toba merupakan tari ritual dan sakral saat upacara pernikahan, kematian, dan upacara lainnya. Tariannya memiliki beberapa keunikan. Salah satunya, menjadi media komunikasi. Setiap gerakan akan melibatkan interaksi dengan seluruh peserta upacara. Kemudian, akan ada iringan musik gondang saat menari, sehingga menghasilkan suara hentakan kaki penari di atas panggung. Namun, perlu diketahui bahwa sebelum terdengar iringan musik gondang, terdapat prosesi Tua Ni Gondang atau berkat dari musik gondang. Tuan rumah akan meminta sesuatu pada penabuh gondang sebagai berkah dari musik gondang kepada seluruh peserta upacara tor-tor.

Gordang Sambilan

Tarian Tor-Tor tidak dapat dipisahkan dari Gordang Sambilan. Gordang Sambilan berarti instrumen gendang yang berjumlah 9. Masing-masing gendang memiliki ukuran dan diameter yang berbeda, sehingga nada yang dihasilkan juga berbeda. Alat musik dari Mandailing tersebut dimainkan oleh 6 orang dan keunikannya terletak pada Maronang-onang, yakni seorang laki-laki yang melantunkan syair berkaitan sejarah, doa, serta berkah sesuai permintaan tuan rumah.

Kesenian Tulo-Tulo

Kesenian berikutnya berasal dari masyarakat Nias, yakni Tulo-Tulo. Tulo-Tulo terdiri dari tarian, lantunan syair, serta musik dari alat musik canang. Tarian Tulo-Tulo ditarikan oleh penari laki-laki dengan berbagai ragam gerak, yakni gerakan gelombang berbentuk lingkaran, ular-ularan yang memanjang, merebut kerajaan, berperang, dan persilatan. Ragam gerak tersebut mencerminkan keadaan raja Nias yang berperang, mengadakan upacara, memerintahkan rakyat, dan lain-lain.

Kesenian Barongsai

Foto : Barongsai. Sumber : Canva.com

Kesenian Barongsai merupakan perpaduan tarian yang menggunakan sarung mirip dengan singa dan alat musik tradisional Tiongkok (drum dan simbal). Kesenian ini selalu menghiasi perayaan masyarakat Tionghoa. Tarian Barongsai dibagi menjadi 2, yakni tarian singa utara dan selatan. Ciri-ciri singa utara, memiliki surai keriting dan berkaki empat. Gerakan tariannya gesit dan dinamis karena memiliki empat kaki. Sedangkan singa selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi (2 atau 4 kaki), terkenal dengan gerakan kepala yang keras dan melonjak-lonjak.

Berkunjung ke Sibolga sudah pasti pas dalam budget kamu, wisata baharinya cocok untuk membuang penat, dan ditambah dengan seni serta budaya, sudah terasa seperti berkunjung ke seluruh kota di Indonesia karena keberagaman yang ada di dalamnya. Terdapat toleransi yang kuat satu sama lain, hingga tiap budaya dan seninya dapat mudah ditemukan dalam setiap upacara. Indonesia masih memiliki banyak kota-kota menarik lainnya dari berbagai sisi, loh. Sobat Atourin yang penasaran mengenai keunikan kota-kota di Indonesia, sangat bisa untuk ikut Virtual Travelling Atourin. Selain membahas wisata serta kuliner, ada seni dan budaya, loh. Tak lupa juga memberikan cerita-cerita menarik di kota tersebut. Yuk, cek di website atau media sosial Atourin dan hadir pada Virtual Travelling Atourin yang menarik untuk kamu!

Sumber:

https://jejakpiknik.com/biaya-hidup-termurah-di-indonesia/#8_Sibolga

https://sibolgakota.go.id/home/wisata-bahari/

https://sibolgakota.go.id/home/budaya/

http://labbcmedan.beacukai.go.id/pojok-karya/pojok-sosbud/28-mengenal-alat-musik-sikambang

https://duniakumu.com/mangure-lawik-tradisi-budaya-tradisional-di-pesisir-tapteng-dan-sibolga/

https://rimbakita.com/tari-tor-tor/

https://isbiaceh.ac.id/tari-tulo-tulo/

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/barongsai-tarian-singa-yang-hadir-setiap-perayaan-imlek