(Nabila Azhari)

Time to Read: 4 minutes

Pernahkah kalian mendengar sebuah cerita legenda yang berjudul Sangkuriang?

Konon, legenda Sangkuriang ini adalah legenda yang menjadi asal-usul terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu. Legenda Sangkuriang bercerita tentang seorang pemuda bernama Sangkuriang yang tidak sengaja jatuh cinta kepada ibunya sendiri, yaitu Dayang Sumbi. Dayang Sumbi bersedia menerima cinta anaknya tersebut dengan syarat Sangkuriang harus membuat sebuah perahu beserta danaunya selama semalam. Keinginan tersebut memang terdengar tidak masuk akal karena Dayang Sumbi sengaja agar Sangkuriang menyerah. Namun, untuk membuktikan cintanya kepada Dayang Sumbi, Sangkuriang menyanggupinya. Sayangnya, Sangkuriang tidak berhasil menyelesaikan tantangan tersebut hingga fajar tiba. Sangkuriang pun marah dan menendang perahu yang ia buat sampai terbalik, dan berubahlah perahu tersebut menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Parahu. Tangkuban Parahu sendiri berasal dari Bahasa Sunda, yang berarti perahu yang terbalik.

Kawah Tangkuban Perahu (unsplash.com)

Namun, jika dilihat dari segi geografisnya, bentuk puncak gunung yang seperti perahu terbalik ini dikarenakan adanya dua kawah berdampingan yang berarah barat-timur, yaitu Kawah Upas dan Kawah Ratu. Dua kawah ini membentuk puncak Tangkuban Parahu yang rata sepanjang kurang lebih 1.550 meter, namun miring di sisi barat dan timur, sehingga jika dilihat dari arah selatan, bentuk gunung ini seperti perahu yang terbalik.

Walaupun cerita legendanya tidak berakhir dengan indah, gunung yang menjadi saksi bisu kemarahan Sangkuriang itu mempunyai keeksotisan tersendiri yang sangat menarik untuk dijelajahi setelah masa pandemi ini selesai. Gunung Tangkuban Parahu sendiri terletak sekitar 20 kilometer dari utara Kota Bandung. Jika kamu berangkat dari pusat Kota Bandung, kamu membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan memakai kendaraan pribadi untuk sampai ke sana.

Dengan membayar tiket sebesar Rp. 20.000,00 saja, kamu bisa puas menikmati panorama keindahan Tangkuban Parahu yang sangat mempesona. Selain membayar tiket masuk, kamu juga harus membayar parkir sebesar Rp. 12.000,00 untuk motor dan Rp. 30.000,00 untuk mobil. Begitu masuk ke wilayahnya, kita akan disambut dengan bau belerang yang cukup terasa menyengat. 

Ilustrasi Pemandangan Saat Memasuki Kawasan Tangkuban Perahu (unsplash.com)

Walaupun bau belerangnya kurang mengenakan, pemandangan yang akan kamu nikmati justru bisa membuat matamu merasakan sensasi eyegasm. Pinggiran kawah yang membentang seluas lebih dari satu kilometer itu dihiasi dengan berbagai macam pemandangan, seperti bebatuan vulkanik yang estetik c, hamparan pepohonan hijau yang menyegarkan, dan juga vpemandangan puncak gunung yang agak tertutupi oleh asap tipis dari kawah seolah menambah kesan magis nan eksotis dari Tangkuban Parahu. Selain itu, jika kamu datang di waktu cuaca cerah tanpa kabut, kamu akan dimanjakan dengan pemandangan langit biru yang menambah keindahan area gunung ini. Cocok banget, deh, bagi kamu yang suka fotografi atau hanya sekadar ber-selfie ria bersama orang tersayang!

Kalau kamu belum puas dengan hanya menyusuri pinggiran kawah, kamu juga bisa turun ke bawah menuju Kawah Domas, sebuah kawah yang berada di sisi lain area Tangkuban Parahu. Bersama seorang tour guide yang ada di sana, kamu bisa masuk ke tengah kawah sambil merebus telur dari air panas yang ada di kawah. Eits, tapi kamu harus membayar tiket tambahan sebesar Rp. 25.000,00 untuk menikmati fasilitas di Kawah Domas, ya!

Kamu masih merasa lapar setelah memakan telur hasil rebusan air di Kawah Domas? Tenang saja, banyak sekali warga setempat yang bersedia menjadi pemadam kelaparanmu! Sembari menikmati alam yang asri, kamu bisa menikmati banyak makanan yang dijual di sana, mulai dari jajanan ringan seperti sosis bakar, cilok, rujak, sampai makanan yang dapat menghangatkan tubuhmu seperti bakso cuanki dan mie instan. Harga yang ditawarkanpun juga tidak mahal, loh! Untuk semangkuk mie instan, kamu hanya perlu membayar Rp.10.000,00 saja. Sedap banget!

Ilustrasi Tempat Beristirahat Berbentuk Saung (unsplash.com)

Sembari menikmati makananmu, kamu juga bisa beristirahat di kursi-kursi kayu yang terletak di balkon berbentuk saung yang disediakan di sana, sambil menikmati hamparan pemandangan gunung dan pepohonan hijau yang memanjakan mata, hati, dan juga pikiranmu. Jangan lupa juga siapkan jaketmu jika ingin berkunjung ke Tangkuban Parahu. Udarana tiris pisan, euy!

Oh iya, ada tips lain juga, nih! Ketika kamu sedang asyik berjalan-jalan sambil menikmati alam, lalu tiba-tiba ada kabut yang sangat tebal menyelimuti wilayah Tangkuban Parahu dan mengurangi jarak pandangmu, kamu tidak perlu panik dan bergegas turun, ya! Itu semua adalah hal yang memang wajar terjadi. Kamu hanya perlu menunggu beberapa saat sampai kabutnya hilang, lalu kamu dapat menikmati kembali keindahan alam di Tangkuban Parahu.

Jika kamu sudah puas menikmati semua hal yang ada di Tangkuban Parahu, tidak lengkap rasanya jika tidak membeli buah tangan untuk orang-orang tersayang. Di sana, banyak sekali pernak-pernik khas Tangkuban Parahu yang bisa kamu jadikan buah tangan, seperti aksesoris dari batu granit yang mengkilap, tas-tas rajut yang cantik, kaos-kaos bertuliskan “Tangkuban Parahu”, dan masih banyak lagi. Lalu, yang paling menarik, kamu juga bisa membeli buah-buahan segar seperti strawberry, raspberry, dan lainnya hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp. 20.000,00 saja!

Strawberry (unsplash.com)

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, berwisata ke Tangkuban Parahu! Keindahan alam yang ditawarkan dijamin dapat menghilangkan rasa penatmu setelah berbulan-bulan karantina di rumah. 

Kamu juga bisa menemukan banyak informasi dan inspirasi jalan-jalan yang menarik di berbagai daerah di Indonesia dan informasi pariwisata lainnya, tentunya hanya di website Atourin! Selamat berwisata!