(Theresia Geraldin Sinurat)

Hai Sobat Atourin. Pernahkah Kamu kepikiran apakah banyak wanita yang menjadikan mendaki gunung sebagai hobi? Jarang sekali bukan untuk kita temui, karena pada umumnya mayoritas pendaki gunung adalah laki-laki. Biasanya wanita lebih menyukai pantai ataupun jalan-jalan mengelilingi mall. Anastasya Meymey seorang mahasiswi Universitas Bina Nusantara adalah salah satu dari sekian wanita yang menyukai mendaki gunung. Kegemarannya bermula saat ia berusia 17 tahun dimana pada saat itu ia mempunyai pikiran untuk merayakan ulang tahunnya di atas gunung. Ditambah lagi dengan rasa penasarannya dengan perkataan orang sekitarnya jika naik gunung dapat membuat ketagihan. Hingga pada akhirnya saat ulang tahunnya yang ke-17, ia mencoba untuk mendaki gunung.  Benar saja ia menjadi menyukai mendaki gunung. 

Sampai pada saat ini ia sudah mendaki 7 gunung di Jawa Barat, di antaranya adalah Gunung Ciremai, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Sumbing, dan Gunung Guntur. Gunung Sumbing menjadi satu-satunya gunung yang tidak dapat ia capai sampai pada puncaknya. Hambatan berupa kondisi fisik dan waktu menjadi halangan untuk tidak bisa mencapai puncak gunung tersebut. Mendaki gunung biasanya tidak lepas dari cerita-cerita horor dalam perjalanannya. Kali ini memang bukan Mey yang mengalami pengalaman tersebut melainkan saudaranya yang menjadi teman pendakinya saat itu.  “Gunung di Jawa memang terkenal dengan pasar malamnya kan, yang akan dapat bikin terjebak di tempat itu terus.” katanya. Saat ia dan saudaranya tengah mendaki Gunung Sumbing, kaki salah satu saudaranya seolah tidak kuat berjalan, padahal tidak keram maupun sakit. Kebetulan kala itu salah satu pendaki lain dapat melihat semacam hal-hal tak kasat mata. Pendaki tersebut mengatakan bahwa ada seorang anak kecil menggelantung pada kaki saudaranya. Hal tersebut mengakibatkan saudaranya tidak dapat melanjutkan perjalanan dan hanya sampai pos 2. 

Tentunya dalam mendaki gunung tidak hanya hal menyenangkan saja yang didapat. Pasti setiap orang akan mengalami pengalaman suka maupun duka masing-masing. Dalam konteks kali ini, Mey mengatakan duka sebagai wanita dalam mendaki gunung adalah saat tiba-tiba datang bulan. Pengalaman yang tidak dapat dilupakan olehnya pada saat ia sakit perut di Gunung Gede yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan. Menurut Mey, dalam mendaki gunung sangat dibutuhkan fisik yang kuat, apabila sekiranya kita tidak cukup kuat untuk berjalan jauh, maka lebih baik tidak mencoba untuk mendaki lebih jauh lagi. Selain itu, kita harus memperhatikan peralatan dan pakaian untuk mendaki terutama sepatu gunung. Karena seandainya kita tidak menggunakan sepatu gunung dapat mengakibatkan kaki kita sakit dan tidak ada bantalan saat tracking ke puncak. 

Tidak hanya memperhatikan peralatan dan pakaian saja, kita juga harus menjaga tutur kata saat mendaki gunung, karena setiap gunung memiliki peraturan masing-masing yang harus kita taati. Kita juga harus memperhatikan peralatan yang kita bawa, misalnya botol air mineral dan tisu basah. Kedua barang tersebut dapat mengotori gunung dan sulit terurai, sehingga disarankan botol aqua diganti dengan botol minum isi ulang. 

Meskipun Mey satu-satunya wanita dalam kelompok pendakinya, ia tidak pernah diremehkan. Beruntung bahwa ia mendapatkan kelompok pendaki yang baik sehingga setiap mereka ingin mendaki ia selalu diajak. Baginya gunung adalah tempat terbaik untuk mengobati masalah, “Gue orangnya gampang mumet, jadi kalau gue mumet, gue lebih ke alam” tuturnya. Alasan tersebut yang membuat ia menyukai mendaki gunung. 

Kalian yang ingin mencoba menjelajahi gunung di Indonesia namun masih bingung untuk menentukan tempat mendaki untuk pertama kalinya. Kalian dapat mencari rekomendasi di website Atourin, Atourin juga dapat mengajakmu untuk virtual tour untuk melihat-lihat banyak tempat wisata keren di Indonesia. So, yuk naik gunung ditemenin Atourin.