(Sekar Langit Maheswari)

Membicarakan keindahan alam dan budaya nusantara, tentu tidak akan pernah ada habisnya. Berbagai upaya untuk memajukan sektor pariwisata dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yang mana salah satunya adalah optimasi potensidesa wisata-desa wisatai. Desa Wisata Pariangan menjadi satu dari sekian contoh desa wisata yang mengelola alamnya dengan memanfaatkan kontribusi masyarakat desanya. Berjarak 95 kilometer dari utara Kota Padang dan 35 kilometer dari Kota Bukittinggi, Nagari Pariangan berada di antara Kota Batusangkar dan Padang Panjang. Lokasi Desa Nagari Pariangan bertempat di Lereng Gunung Marapi, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Desa wisata ini menawarkan pariwisata berbasis masyarakat yang menarik untuk dijelajahi lebih lanjut.

Kondisi dan Suasana

Pemandangan hijaunya persawahan yang membentang di Nagari Pariangan berada di ketinggian sekitar 500-700 mdpl. Dalam wilayah pegunungan bernuansa sejuk dan luar biasa, desa ini dilengkapi dengan berbagai potensi wisata, seperti budaya, seni, dan kuliner. Kegiatan eksplorasi tersebut dapat berupa tari piriang, musik talempok pacik, saluang, kuliner dakak-dakak, dan kopi kawa daun.

Sambutan yang didapatkan saat tiba pertama kali di Nagari Pariangan adalah berderet-deret rumah gadang khas Sumatra Barat. Dari kejauhan, tatanan rumah yang padat tersebut terlihat begitu rapi dan indah dengan susunan yang dibuat mengikuti kontur atau pola dari lereng gunung. Puncak rumah, gonjong yang runcing (sebutan atap rumah gadang), akan mengintip dari balik rimbunan pohon hijau yang tertiup angin. Keunikan dari konstruksi rumah ini adalah bahan baku pembuatannya yang tidak menggunakan paku. Rumah-rumah gadang tersebut telah ada sejak awal desa berdiri hingga sekarang dengan kokoh dan berwarna sebagai rumah warga.

Ilustrasi Ornamen Rumah Gadang

Kebudayaan yang Dilestarikan

Selain itu, salah satu peninggalan tertua yang ada di Desa Pariangan berupa Masjid Tuo Islah yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Masjid Ishlah dibangun pada abad ke-19 oleh ulama terkemuka di Minang bernama Syekh Burhanuddin. Yang membedakan arsitektur dari masjid ini adalah atapnya yang tidak runcing karena menyerupai kuil-kuil di Tibet. Masjid tua yang menarik minat wisatawan ini telah mendapatkan renovasi sebanyak dua kali, yaitu pada 1920 dan 1994.

Berjulukan Desa Tuo sesuai umurnya yang paling tua di Minangkabau, Nagari Pariangan memiliki kesenian bela diri terkenal, yaitu Silek Tuo yang berarti silat tua. Apabila beruntung, wisatawan dapat menyaksikan Festival Pesona Pariangan yang menampilkan berbagai kesenian tradisional setempat. Warga yang mayoritas bermata pencaharian petani ini biasanya mengadakan festival kerakyatan tersebut setahun sekali. Pada perayaan terakhir festival Juni 2022, tujuan pengadaan Festival Pesona Pariangan untuk menggiatkan kembali minat wisata masyarakat dengan dihadiri pula wisatawan mancanegara. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan wujud menampilkan kearifan lokal dari sanggar anak Nagari Pariangan, pameran, bazar, dan karya UMKM.

Jajanan Dakak-Dakak

Pencapaian dan Afirmasi

Menelaah potensi sumber daya dan keelokannya yang begitu menawan, tidak heran apabila Nagari Pariangan mendapat atensi dari berbagai arah. Media pariwisata dari New York, Amerika, Travel Budget, menjadikan Nagari Pariangan sebagai desa terindah di dunia dalam satu daftar bersama Niagara on The Lake di Kanada, Cresky Krumlov di Republik Ceko, Wengen di Swiss, Shirakawa-go di Jepang, dan Eze di Prancis pada 2012. Desa yang sudah berdiri selama 19 tahun ini pun dinobatkan sebagai salah satu desa terindah dalam artikel World Sixteen Most Futures Village.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menetapkan Nagari Pariangan sebagai 50 besar nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Program ini bertujuan untuk mengembangkan destinasi wisata yang berkelanjutan dan berkualitas sebagai upaya sambutan Visit Sumatra pada 2023 mendatang. Dalam kunjungan Kemenparekraf ini, Nagari Pariangan telah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022, yaitu daya tarik pengunjung, suvenir, homestay, toilet umum, digital dan kreatif, cleanliness, health, safety, dan environment sustainability (CHSE), dan kelembagaan desa. Program ini diharapkan mampu mewujudkan visi Indonesia sebagai Negara Tujuan Pariwisata Berkelas Dunia, Berdaya Saing Global, Berkelanjutan, dan Mampu Mendorong Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Rakyat.

Nah menarik sekali ya desa ini, Sobat Atourin. Berwisata ke desa akan memberikan kita pengalaman wisata yang menarik. Apalagi untuk wisatawan yang sehari-hari tinggal ke di daerah perkotaan. Kamu bisa menjelajahi Nagari Pariaman dan pedesaan seluruh Indonesia lainnya bareng layanan Expediso-nya Atourin. Yuk jelajahi berbagai desa wisata Indonesia untuk pengalaman yang tak terlupakan.