Nursyahbani Putridira
Halo Sobat Atourin! Tahukah kamu ada kawasan hutan bakau di Papua yang memiliki keunikan, yaitu hutan ini khusus perempuan? Yup, di Papua ada hutan yang dikenal dengan sebutan Hutan Perempuan. Sesuai namanya, hutan perempuan adalah hutan yang memiliki privasi khusus untuk kaum perempuan. Hutan bakau ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat dan habitat bagi beragam fauna. Di Kota Jayapura, hutan ini terletak di Kampung Enggros, tidak jauh dari pusat Kota Jayapura, Sobat Atourin.
Penamaan hutan perempuan ini karena adanya kearifan lokal yang unik, yaitu aturan adat mengenai laki-laki dan perempuan dalam pembagian wilayah berinteraksi sosial serta tugasnya pada kehidupan sehari-hari, yaitu apabila laki-laki berkumpul di balai kampung dan bertugas mencari kebutuhan pangan di laut. Sedangkan, perempuan berkumpul dan mencari bahan makanan sehari-hari di hutan bakau khusus kaum perempuan. Apabila ada kaum laki-laki yang berani datang ke dalam hutan bakau tersebut saat ada perempuan di dalamnya, maka harus membayar dengan sanksi denda adat yang cukup mahal. Denda yang diberikan berupa manik-manik yang merupakan barang berharga dan mahal harganya bagi warga Enggros. Manik-manik tersebut terdapat tiga variasi warna yang memiliki nilai denda yang berbeda, untuk manik yang paling tinggi harganya yaitu setara dengan Rp1.000.000,00 yang memiliki warna biru. Sedangkan, manik berwarna hijau memiliki nilai yang setara Rp500.000,00, dan manik berwarna putih memiliki nilai sekitar Rp300.000,00.
Ada salah satu kearifan lokal yang cukup menarik mengenai hutan perempuan, yaitu tradisi tonotwiyat yang artinya aktivitas mengunjungi hutan bakau. Istilah tonowiyat berasal dari kata tonot berarti hutan bakau dan wiyat berarti ajakan. Tradisi tonotwiyat menjadi suatu bentuk awal untuk mengenalkan hutan bakau. Dari tradisi tersebut mulai dikenalkan aktivitas untuk mencari kerang di hutan bakau. Kerang menjadi makanan favorit warga setempat. Kebiasaan mencari kerang di hutan bakau ini sudah turun-temurun, sehingga kaum perempuan Papua di Teluk Youtefa sangat bergantung pada hutan bakau ini untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Untuk menuju lokasi tonotwiyat ini, dapat ditempuh menggunakan perahu cepat. Ongkosnya jika sewa speed boat dikenakan tarif Rp300.000,00 untuk pulang-pergi.
Waktu yang tepat untuk mencari kerang, yaitu ketika air sedang surut. Kebiasaan para kaum perempuan pencari kerang sebelum menyelam ke dalam air, yaitu mereka menanggalkan pakaian mereka. Hal tersebut dikarenakan ketika menyelam menggunakan pakaian akan merasakan gatal karena lumpur yang masuk ke dalam pakaian. Ketika mencari kerang mereka akan menggunakan kaki untuk meraba keberadaan kerang. Kerang yang dicari merupakan jenis kerang yang memiliki kulit tipis. Dalam proses pencarian kerang ini, biasanya mereka sembari menyenandungkan lagu berbahasa Enggros ataupun mereka mulai berbincang dan menyuarakan pendapat mereka tentang kehidupan yang dijalaninya.
Hutan Perempuan menjadi sebuah kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai penting, baik untuk nilai ekonomi maupun nilai sosial. Keberadaannya menjadi suatu ruang tersendiri terutama untuk kaum perempuan di Kampung Enggros dan Tobati untuk bercerita dan berkeluh kesah. Kesakralan hutan perempuan ini dapat menjadi salah satu langkah untuk tetap melestarikan hutan mangrove di Teluk Youtefa ini. Nah, apakah kamu berminat mengunjungi hutan perempuan ini, Sobat Atourin? Pastikan untuk mampir ke hutan ini untuk menikmati suasana unik yang ditawarkan, ya! Nikmati juga keseruan di destinasi-destinasi wisata Indonesia lainnya bersama layanan dari Atourin. Dengan layanan penuhnya, liburanmu pasti jadi lebih mudah dan berkesan. Yuk, pastikan Sobat Atourin segera eksplor marketplace Atourin!