.Halo sobat Atourin! Apa kabar? Sebelumnya, pernah dengar tentang Cap Go Meh? asal usul perayaan Cap Go Meh bermula dari kisah seorang raja di surga yang, meski hidupnya berkecukupan, merasa sangat kesepian. Mengetahui kebahagiaan penduduk bumi, raja tersebut merencanakan membakar bumi dengan bantuan seekor angsa ajaib pembawa api pada tanggal 15 bulan pertama. Seorang peri turun dari surga memberi tahu penduduk bumi tentang rencana jahat tersebut. Seorang lelaki cerdik di bumi memimpin mereka membuat lentera sebagai cara untuk menghadapi angsa ajaib itu. Masyarakat bumi berhasil menangkap angsa tersebut sebelum dapat membakar bumi, dan setiap tanggal 15 bulan pertama, tradisi pembuatan lentera dilakukan untuk merayakan kemenangan. Perayaan Cap Go Meh ini dilakukan dua minggu setelah tahun baru China atau Imlek. Di beberapa daerah perayaan Cap Go Meh ini menjadi momen yang ditunggu bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata. Salah satunya adalah di Kota Singkawang.
Kota Singkawang adalah 1 dari 2 kota yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Kota seluas 504 KM2 ini bisa ditempuh dengan jalur darat dari Pontianak dan memakan waktu sekitar 3-4 jam. Di tahun 2024 ini bahkan akan diresmikan Bandar Udara Singkawang. Dengan demikian, akan memudahkan akses dari dan ke daerah ini. Kota Singkawang banyak menyita perhatian karena dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi kota paling toleran berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setara Institute. Penilaian itu didasarkan pada 4 variabel dan 8 indikator. Variable regulasi pemerintah kota yang terdiri dari 2 indikator yakni rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya serta ada tidaknya kebijakan diskriminatif. Variabel regulasi sosial yang terdiri dari 2 indikator yakni peristiwa intoleransi dan dinamika masyarakat sipil terkait isu toleransi. Variabel tindakan pemerintah yang terdiri dari 2 indikator yakni pernyataan pejabat kunci tentang isu toleransi dan tindakan nyata terkait isu toleransi. Serta variabel demografi sosio-keagamaan, yang juga terdiri dari 2 indikator yaitu heterogenitas keagamaan penduduk dan inklusi sosial keagamaan. Kota Singkawang dikenal sebagai kota seribu klenteng. Klenteng juga disebut dengan pekong oleh warga setempat. Memang pekong ini bisa ditemui dengan mudah di berbagai penjuru kota dengan berbagai ukuran dan ragam hiasan. Kota Singkawang secara demografi memang cukup beragam dengan etnis Melayu, Dayak, dan Tionghoa merupakan etnis terbesar di daerah ini. Mereka hidup rukun berdampingan satu sama lain.
Kembali ke perayaan Cap Go Meh, perayaan ini menjadi pesta budaya yang megah. Dipusatkan di vihara terbesar kota tersebut, masyarakat berkumpul untuk sembahyang bersama. Arak-arakan barongsai dan naga disertai dengan musik khas kemudian menyusuri ruas-ruas jalan kota tersebut yang mana penonton sudah berjubel melihat di kanan kiri sisi jalan. Yang tidak kalah ditunggu adalah tatung. Tatung ini adalah atraksi dimana orang-orang menggunakan benda tajam kemudian digoreskan, ditusukkan, atau dihantamkan ke bagian tubuhnya. Faktanya mungkin bagi sebagian orang, hal ini terlihat ekstrim namun tatung tidak bisa lepas dari sejarah dari Singkawang itu sendiri.
Merujuk pada buku “70 Tradisi Unik Suku Bangsa Indonesia” disebutkan bahwa saat masyarakat pendatang dari Tiongkok khususnya suku Khek atau Hakka, Sultan Sambas yang merupakan penguasa saat itu kemudian mempekerjakan mereka di area pertambangan emas di Monterado. Pada suatu saat terjadi wabah penyakit yang konon dipercaya karena adanya roh jahat. Masyarakat dari Tiongkok kemudian melakukan ritual tolak bala karena saat itu masih minim pengobatan modern. Ritual dilakukan dengan menyusuri jalan dengan tujuan untuk melakukan pembersihan dari roh jahat. Ritual tersebut disebut dengan Ta Ciau yang dianggap sebagai asal mula tatung. Tatung ini kemudian menjadi bagian dari Festival Cap Go Meh. Tidak hanya dari Singkawang, biasanya peserta pawai tatung juga berasal dari daerah lain bahkan mancanegara.
Pembukaan Festival Cap Go Meh tahun ini dilaksanakan pada 24 Februari 2024 dan berlangsung meriah. Festival ini bahkan menjadi salah satu festival dalam Karisma Event Nusantara Tahun 2024. Festival Cap Go Meh Singkawang bukan hanya perayaan budaya Tionghoa saja, melainkan juga perpaduan unik dengan budaya lokal. Festival ini juga menjadi simbol toleransi dan kebersamaan warga setempat. Jika Sobat Atourin tertarik untuk berkunjung ke Singkawang, Atourin punya banyak paket wisata yang menarik untuk kamu pilih. Yuk liburan bareng Atourin untuk pengalaman wisata yang berkesan!