(Khalisha Sarah An Najmi)

Di Indonesia, ada banyak sekali desa tradisional yang masih jarang tersentuh oleh orang asing sehingga keasrian dan kekentalan tradisinya masih sangat terjaga. Salah satunya adalah desa Wae Rebo, sebuah desa di atas awan yang akan kita bahas kali ini. Desa Wae Rebo terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut dan berlokasi di Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sejarah Desa Wae Rebo

Desa indah yang diapit dengan pegunungan di sekitarnya ini ternyata memiliki sejarah awal mula kehidupan yang unik. Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam Indonesia di website dspace, ternyata nenek moyang penduduk desa Wae Rebo berasal dari Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat. Yang dimana mereka datang dari pulau yang berbeda.

Memang awalnya tidak langsung begitu saja menetap di Wae Rebo, tetapi dengan cara melakukan perpindahan menggunakan kapal tradisional menyebrangi lautan, kemudian berpindah lagi dari satu desa ke desa lainnya di NTT. Sampai akhirnya para leluhur mereka memilih untuk menetap di Wae Rebo karena tempat tersebut sangat cocok untuk kegiatan bercocok tanam dan desa ini tidak sepadat populasi desa lainnya. Kedua hal tersebut merupakan syarat yang baik untuk kelangsungan hidup para penduduknya.

Rumah-Rumah di Wae Rebo

Tradisi Desa Wae Rebo

Penduduk Desa Wae Rebo memiliki sebuah hari spesial yang dilaksanakan setiap bulan November. Hari spesial ini disebut juga dengan upacara adat penti. Upacara adat penti dilakukan oleh penduduk desa setiap tahunnya sebagai bentuk rasa syukur mereka terhadap hasil panen yang didapatkan dalam setahun, serta untuk memohon keharmonisan dan perlindungan penduduknya.

Tak hanya itu, penduduk desa Wae Rebo ternyata juga memiliki tradisi lain jika ada wisatawan yang datang mengunjungi desa mereka. Yaitu harus membunyikan sebuah alat tradisional bernama pepak yang berasal dari bambu. Membunyikan alat pepak menjadi sebuah cara menyambut sekaligus menjadi isyarat jika Desa Wae Rebo sedang kedatangan tamu.

Wah, unik banget ya? Kalau kamu pergi ke Desa Wae Rebo, siap-siap nih kamu akan disambut dengan hangat oleh para penduduknya.

Daya Tarik Desa Wae Rebo

Jika membicarakan tentang desa Wae Rebo yang terletak di puncak pegunungan, rasanya tidak akan habis jika membicarakan keindahan alam dan daya tarik desanya yang begitu kuat. Nah, berikut ini adalah dua yang menjadi daya tarik utama desa Wae Rebo:

Rumah Mbaru Niang

Bentuk bangunan

Desa Wae Rebo memiliki 7 bangunan utama yang unik. Rumah adat dengan atap berbentuk kerucut ini disebut Mbaru Niang. Arsitektur bangunan ini masih memiliki unsur Minang. Mengingat jika nenek moyang asli mereka berasal dari Sumatera Barat, wajar jika bentuk bangunannya seperti itu. Kamu bisa menemukan unsur Minang pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang yang berbentuk kerucut itu.

Keindahan alamnya

Ada banyak keindahan alam yang bisa kamu lihat dari desa ini. Mulai dari pemandangan pegunungan bersama awan putih yang terasa dekat, melihat perkebunan kopi jenis robusta dan sawah yang subur hingga pemandangan taburan bintang di malam hari. Tidak hanya itu, bahkan wisatawan yang berkunjung juga bisa merasakan bagaimana meracik kopi robusta Wae Rebo sampai meminumnya. Dan pada bulan April-Agustus, para wisatawan bisa memetik buah jeruk yang ditanam oleh penduduk setempat.

Keramahan penduduk

Ketika kamu berkunjung ke sini, maka keramahan penduduk akan sangat terasa. Walau baru bertemu, kamu seperti sudah menjadi bagian dari mereka, bukan sebagai orang asing atau tamu. Tentu perasaan diterima atau welcomed ini adalah salah satu pengalaman yang dicari oleh wisatawan.

Pemandangan Lainnya yang Asri

Rute Menuju Desa Wae Rebo

Karena Desa Wae Rebo masih berada di provinsi yang sama dengan Labuan Bajo, biasanya wisatawan akan memulai perjalanan mereka dari sana. Nah jika perjalanan kamu dimulai dari Labuan Bajo, maka selanjutnya kamu harus ke Desa Denge. Setelah sampai di desa tersebut, kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Desa Wae Rebo dengan cara trekking selama dua sampai tiga jam di medan yang tentunya tidak mudah.

Namun kamu tidak perlu ragu, karena selama perjalanan naik kamu akan disuguhkan oleh pemandangan indah yang tidak akan membuat kamu bosan. Oh ya! Tips untuk kamu yang pemula dalam trekking, kamu bisa menyewa jasa pemandu jalan supaya tidak tersesat.

Itu dia mengani Desa Wae Rebo yang kerap kali disebut dengan desa diatas awan. Gimana nih Sobat Atourin? Ada rencana masukin desa ini ke dalam list jalan-jalan kamu nggak setelah baca ini?


Ini benar ya asal usulnya dari Sumbar? Kamu bisa kroscek kembali ya

Sudah saya tambahkan ya kak