Time to Read: 4 Minutes

(Elisabet Kivana)

Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan sektor pariwisata yang
beragam, mulai dari wisata alam, kuliner, hingga budaya. Nah, jika kamu membaca
kata alam dan kuliner, maka gambaran yang ada di benakmu sudah pasti destinasi
wisata seperti pantai, gunung, gua, serta tempat dengan makanan-makanan khas
seperti gudeg dan bakpia. Namun, bagaimana dengan budaya? Nampaknya wisata
budaya bisa disimpulkan sebagai kunjungan ke beberapa tempat yang mengandung
unsur sejarah dan kebudayaan yang tinggi, seperti monumen nasional, gedung
keagamaan, dan tidak lain dan bukan adalah candi.

Yogyakarta sendiri berada di tengah Pulau Jawa, membuatnya tidak terlepas dari
pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha yang berjaya sekitar abad ke-7 hingga 14. Oleh
sebab itu, beberapa peninggalan candi banyak ditemukan di sini. Beberapa di
antaranya adalah Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Plaosan, dan jika kita
bergeser sedikit ke Magelang, terdapat pula salah satu situs warisan dunia, yaitu
Candi Borobudur. Nah, candi-candi di atas tentunya sudah banyak dikenal banyak
orang. Namun, ternyata ada satu candi yang berbeda dari beberapa candi tersebut,
lho. Candi itu ialah Candi Ijo, satu-satunya candi yang berada di tempat tertinggi di
Yogyakarta.

Candi Ijo terletak di bagian selatan kompleks Candi Ratu Boko, tepatnya di Dukuh
Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Hal yang menarik adalah bangunan ini dibangun di atas bukit yang memiliki ketinggian
410 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjadikannya memiliki posisi lebih tinggi
dibanding candi-candi lain yang tersebar di Yogyakarta. Candi Ijo memiliki luas 0,8
hektar, tetapi menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, kawasan candi ini
sebetulnya lebih luas karena ditemukannya beberapa artefak oleh warga setempat di
sebelah timur dan utara kawasan candi.

Serupa dengan Candi Prambanan, Candi Ijo berlatar belakang agama Hindu yang bisa
dilihat dari pintu utama yang menghadap ke barat dan arca-arcanya yang dihiasi
trimurti atau tiga dewa kepercayaan Hindu (Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa
Siwa). Candi ini dibangun antara abad ke-10 hingga 11, yang menyebabkan beberapa
bagian candi telah runtuh dan membutuhkan pemugaran. Eits, tetapi jangan kecewa
dulu, ya. Beberapa candi yang signifikan, seperti candi induk, telah selesai dipugar
dan proses pemugaran kawasannya pun masih berlangsung hingga kini.

Kompleks Candi Ijo juga terdiri dari 11 teras. Teras-teras ini menyimbolkan tingkat
kesakralan bangunan yang ada, semakin tinggi teras, maka semakin sakral lah
bangunan tersebut. Di teras terendah, terdapat halaman menuju pintu masuk dan di
teras tertinggi terdapat tiga candi perwara atau candi kecil yang berada di depan satu
candi induk. Lalu, untuk sampai di teras tertinggi, tidak usah khawatir jika kelelahan,
ya. Karena jarak antar teras tidaklah jauh dan sangat memungkinkan bagi kamu dan
berbagai golongan lainnya untuk sampai di puncak.

Meskipun namanya tidak sebesar Candi Borobudur dan Candi Prambanan, beberapa
arca di sini juga indah dan menarik untuk disimak, lho. Sebagai contoh, terdapat
banyak arca kala, arca ketiga dewa Hindu, arca dewi-dewi yang sedang terbang
menuju relung, serta arca lingga dan yoni yang menyimbolkan penyangga bumi dan
persatuan antara tiga dewa utama agama Hindu.

Selain keindahan arcanya, Candi Ijo juga memiliki daya tarik tersendiri bagi para
penggemar sunset dan juga pemandangan. Hal ini karena tempatnya yang berlokasi di
atas bukit dan menghadap ke barat, dimana kita bisa menyaksikan secara langsung
matahari tenggelam, Kota Yogyakarta dari atas, juga pesawat yang akan segera
landing di Bandara Adisucipto. Untuk waktu berkunjung, Candi ini dibuka mulai pukul
06.00–17.00 WIB dan tiket masuknya pun sangat terjangkau, lho. Kamu hanya perlu
menyiapkan uang Rp 5.000,00 untuk wisatawan domestik dan Rp 10.000,00 untuk
wisatawan mancanegara.

Meskipun dibuka sejak pagi, keramaian akan didapati menjelang sunset. Mulai pukul
16.00 WIB, akan banyak sekali wisatawan yang duduk berjajar menantikan momen
indah tersebut. Maka dari itu, untuk kamu yang ingin melihat sunset dari Candi Ijo, bisa
datang sebelum sore menjelang, ya, supaya bisa mendapatkan spot yang nyaman
untuk melihat pemandangan Kota Yogyakarta dan juga matahari tenggelam.

Untuk kamu yang bertanya-tanya mengenai akses ke Candi Ijo, jangan pula khawatir.
Perjalanan bisa dilakukan baik dengan kendaraan beroda dua maupun empat.
Jaraknya dari Kota Yogyakarta pun hanya berkisar 30-40 menit, dengan rute melewati
sawah dan pedesaan yang akan memanjakan mata dengan kehijauannya. Namun,
karena Candi Ijo juga berada di perbukitan, kamu juga harus berhati-hati, ya, dalam
perjalanan. Dikarenakan rutenya yang akan menanjak dan cukup berbahaya jika
dilewati saat petang. Sebuah fun fact, dikarenakan tempatnya yang berada di
perbukitan dan jauh dari pemukiman penduduk, jangan heran jika kamu akan
mendengar suara peluit yang akan berbunyi tepat pukul 17.00 WIB. Itu tandanya para
pengunjung sudah dipersilakan meninggalkan candi supaya menghindari hal yang
tidak diinginkan.

Jalan-jalan di Candi Ijo tentunya seru banget, kan? Kita bisa belajar sejarah, hiking,
dan juga menikmati pemandangan sunset serta persawahan yang masih asri secara
bersamaan. Selain itu, biaya yang perlu dikeluarkan pun ekonomis. Sayangnya, di
masa pandemi seperti sekarang, berpergian ke destinasi wisata dan juga traveling
menjadi sedikit terhambat. Pandemi ini juga memberi dampak pada destinasi
pariwisata yang mengalami penurunan jumlah pengunjung secara drastis. Namun,
untuk kamu yang masih ingin jalan-jalan di masa pandemi dan new normal ini, jangan
khawatir! Atourin sedang menyelenggarakan Virtual Tour ke berbagai destinasi wisata
di Indonesia bersama dengan tour guide yang akan memandu kamu jalan-jalan secara
virtual. Tentunya, jalan-jalan secara virtual ini dapat mengobati rasa kangenmu untuk
travelling sembari menunggu kurva Covid-19 di Indonesia menurun. Oleh karena itu,
tunggu apalagi? Jangan lupa daftarkan dirimu, ya!