(Stefanny Lauwren)
Pergi ke Pulau Bali tentunya termasuk dalam bucket list kebanyakan wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Perjalanan menuju Pulau Bali dapat ditempuh melalui jalur udara, darat, dan air. Meskipun kita tetap bisa melakukan perjalanan darat, tetap saja pada sampai ke Selat Bali kita harus naik kapal untuk melewati lautan. Pada tahun lalu, warga Indonesia sempat dihebohkan dengan rumor adanya pembangunan jembatan penghubung Jawa-Bali, walaupun akhirnya rumor tersebut terbukti tidak benar. Akan tetapi, tahukah Sobat Atourin bahwa dulunya Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali tersambung menjadi satu bagian yang disebut Paparan Sunda? Wah, padahal akan menjadi jauh lebih mudah untuk pergi ke Bali lewat jalan darat ya, Sobat Atourin. Terus, apa sih penyebab terpisahnya Pulau Jawa dan Bali? Nah, kali ini kita akan simak penyebabnya dari sisi cerita rakyat dan sisi sainsnya.
Pulau Bali memiliki banyak legenda dan cerita rakyat yang menarik dan mengandung unsur mistis dan hewan-hewan legendaris seperti naga dan garuda. Seperti kebanyakan cerita rakyat yang beredar di Indonesia, legenda asal-usul pulau Bali pun memiliki banyak versi yang berbeda. Cerita yang diturunkan dari mulut ke mulut, hingga menurut buku dan kitab-kitab terdahulu tentunya akan memiliki banyak perbedaan. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah mengenai Manik Angkeran, Sidi Mantra ayahnya, dan Naga Besukih.
Pada zaman dahulu kala, Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali merupakan satu pulau. Seorang anak muda yang tampan bernama Manik Angkeran adalah putra dari Brahmana bernama Sidi Mantra. Manik begitu senang bermain bersama teman-temannya. Sayang sekali, Manik salah memilih pergaulan. Teman-temannya mengajak Manik ikut sabung ayam. Manik yang ketagihan asyiknya berjudi pun menghabiskan harta yang ia punya hingga mencuri harta ayahnya untuk membayar hutangnya. Sidi Mantra yang kehabisan uang pun bingung bagaimana cara untuk membayar hutang Manik. Ia bertapa dan berpuasa hingga akhirnya para dewa yang berbelas kasihan memberi jawaban dan memerintahkan Sidi Mantra untuk mendatangi Naga Besukih. Naga Besukih sendiri adalah salah satu karakter naga yang muncul dalam kebudayaan Bali dan dipercaya tinggal di Gunung Agung atau di kawah Gunung Agung. Naga Besukih yang sedang tertidur dibangunkan dengan suara bel dan panggilan dari Sidi Mantra. Sang Ayah yang memohon dengan tulus demi keselamatan putranya mengharukan hati Naga Besukih sehingga ia memperbolehkan Sidi Mantra untuk mengambil beberapa harta yang ada di guanya. Setelah turun dari gunung, Sidi Mantra segera melunasi hutang Manik.
Sangat disayangkan, Manik ternyata tidak jera dan meneruskan hobinya bermain sabung ayam hingga kembali terlilit hutang. Sidi Mantra yang menyadari anaknya tidak tahu berterima kasih pun merasa sedih dan malu bila ia harus meminta tolong lagi kepada sang Naga. Oleh karena itu, Sidi Mantra tidak membantunya lagi. Manik yang merasakan peliknya masalah mulai berpikir bagaimana cara menyelesaikan hutangnya. Manik menemukan cara ayahnya menyelesaikan hutang dan memutuskan untuk mendatangi Naga Besukih. Meskipun enggan, Naga Besukih pun berniat akan membantu untuk terakhir kalinya dan masuk ke dalam gua untuk mengambilkan harta. Manik yang terpukau akan keindahan dan kekayaan di dalam gua pun membuntuti Naga secara diam-diam. Timbullah niat jahat di dalam hati Manik saat melihat keindahan ekor Naga. Manik dengan tangkas segera memotong ekornya dan berlari keluar dari gua. Naga yang kesakitan dan menyadari kejahatan Manik segera mengejar dan menjilat telapak kaki Manik, membakarnya hingga menjadi abu.
Sidi Mantra melihat bahwa anaknya telah menjadi abu dan merasa sedih. Ia memohon kepada Sang Naga untuk mengembalikan Manik. Naga Besukih merasa iba kepada Sidi Mantra dan menyanggupi permintaannya dengan satu syarat, yaitu Manik tidak boleh ikut pulang bersama Sidi Mantra dan harus berada di gua bersama si Naga untuk bertobat. Sidi Mantra menyanggupi dan menghilang setelah berpesan kepada Manik untuk menjadi manusia yang lebih baik. Kemudian, muncul sumber air yang tumbuh menjadi laut di tempat Sidi Mantra memijakkan kaki. Untuk memastikan putranya tidak dapat pulang, ia membuat garis yang memisahkan Jawa dan Bali. Demikianlah kisah terbentuknya Selat Bali menurut legenda yang dipercayai rakyat.
Selain banyaknya versi cerita rakyat mengenai asal-usul Pulau Bali, ternyata para ahli geologi juga memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai asal-usul pulau dewata ini. Kepercayaan peneliti bahwa Pulau Bali termasuk dalam Paparan Sunda dan telah berkali-kali menyatu dan berpisah dengan Pulau Jawa didasari oleh kecilnya jarak antara Pulau Jawa dan Bali, serta keragaman flora dan fauna yang mirip. Meskipun demikian, beberapa peneliti memiliki pendapat yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa Pulau Bali bukanlah pecahan dari Pulau Jawa maupun pulau lain di sekitarnya. Atas dasar pemodelan oleh Robert Hall, para ahli mengemukakan bahwa Pulau Bali terbentuk sekitar 15 juta tahun yang lalu dan terbentuk dari munculnya gunung ke permukaan akibat gerakan lempeng. Nah, begitulah bagaimana terciptanya selat bali menurut legenda dan sains. Keberadaan Selat Bali ini berakibat harusnya naik pesawat atau kapal saat ingin ke Bali. Ditambah lagi dengan masa pandemi seperti saat ini, perjalanan menuju Bali maupun dari Bali menuju Pulau Jawa menjadi sangat terbatas. Selain itu, masa iya kita harus menunggu munculnya jembatan penghubung Jawa-Bali? Eits, jangan sedih dulu sobat, karena kita dapat menyaksikan indahnya Bali dengan virtual tour yang diselenggarakan oleh Atourin; tentunya dengan ditemani oleh tour guide handal yang terlatih. Selain itu, Atourin juga menyediakan banyak informasi menarik dari liputan budaya hingga satwa, tips dan trik jalan-jalan, dan hal-hal keren lainnya khusus untuk Sobat Atourin. Jadi jangan lupa follow Instagram atourin di @atourin.official dan nantikan terus informasi lainnya hanya di website Atourin.