(Ardalena Romantika)

Halo Sobat Atourin! Tahukah kamu kalau negeri kita tercinta ini memiliki kurang lebih 1.300 suku bangsa dan dari jumlah tersebut, masih banyak yang tergolong dalam suku terpencil? Biasanya, suku-suku terpencil masih amat memegang tradisi warisan leluhur. Selain itu, karena bertempat tinggal di hutan-hutan dan area pedalaman, mereka sangat menjaga alam sekitarnya. Mereka percaya bahwa alam adalah sumber kehidupan yang patut untuk dihormati dengan cara tidak merusaknya. Keren, ya!

Nah, kali ini kita akan berkenalan dengan salah satu suku terasing di Kepulauan Mentawai, tepatnya di Pulau Siberut, yakni Suku Mentawai. Suku ini merupakan salah satu suku tertua di Indonesia, loh! Banyak sumber mengatakan bahwa nenek moyang Suku Mentawai telah mendiami Kepulauan Mentawai sekitar tahun 2000 – 500 SM.

Sampai saat ini, Suku Mentawai masih konsisten dalam mempertahankan budaya dan adat istiadatnya. Mereka seolah tak tersentuh teknologi, namun tetap eksis meskipun ada globalisasi. Dari kepercayaan, makanan, riasan, teknik berburu, dan tempat tinggal, semua masih seperti apa yang nenek moyang mereka turunkan. Hebat sekali! Langsung saja ya, yuk simak, ini dia beberapa keunikan Suku Mentawai berikut ini.

Tato Mentawai, Tato tertua di dunia

Tahukah kamu bahwa tato Mentawai merupakan salah satu tato tertua di dunia? Saat ini tato menjadi salah satu riasan wajib bagi kepala suku (rimata), pembuat tato (sipatiti), dan dukun tradisional (sikerei).  Meskipun tak diwajibkan, namun orang Mentawai di pedalaman banyak yang masih menggunakan tato serupa. Tato tak hanya bermakna sebagai riasan, tato pada suku Mentawai memiliki makna sebagai jati diri suku dan identitas pribadi. Tiap wilayah memiliki motif tato sendiri sehingga dapat menginformasikan jati diri seseorang. Setidaknya, mereka dapat mengidentifikasi di kawasan mana seseorang tinggal berdasarkan motif tatonya.

Tato suku Mentawai dibuat menggunakan arang dan beberapa bahan-bahan alami. Tato ini juga memiliki makna sebagai keseimbangan hidup antara manusia dengan alam. Lebih dari itu, bahkan motif tato pun mengikuti bidang keahlian yang ditekuni oleh orang yang ditato. Misalnya, seorang pemburu akan memiliki tato bermotif binatang, sedangkan tato untuk dukun akan ada motif tersendiri. Sebelum menggambar tato, perlu adanya upacara dan doa doa khusus yang dipanjatkan oleh para tetua suku. Mereka juga memiliki jarum dan tinta khusus, loh! Katanya, jika kamu tidak ditato dengan jarum dan tinta khusus ini, maka tatomu tidak bisa disebut sebagai tato Mentawai!

Tradisi Kerik Gigi untuk Mempercantik Penampilan

Sobat Atourin pasti sudah tak asing lagi dengan tradisi kerik gigi wanita Mentawai, bukan? Tradisi ini merupakan salah satu pertanda bahwa perempuan Mentawai telah beranjak dewasa. Selain itu, masyarakat suku ini menganggap bahwa wanita yang giginya dikerik hingga runcing akan terlihat lebih cantik. Kalau kamu membayangkan bahwa yang dikerik hanyalah satu atau dua gigi, kamu salah besar. Dalam tradisi kerik gigi ini, semua gigi wajib dikerik, loh! Alat yang digunakan untuk mengerik biasanya adalah kayu atau besi pipih yang sudah diasah hingga tajam. Selain itu, selama proses pengerikan berlangsung, para wanita tidak dibius sama sekali. Wah, nggak kebayang ya seberapa sakitnya!

asdas

Karena dilakukan secara manual, proses pengerikan gigi ini memakan waktu lama dan amat menyakitkan. Biasanya, wanita yang sedang dikerik giginya akan menggigit pisang hijau untuk menahan rasa sakitnya. Hasilnya, mereka akan lebih percaya diri dengan penampilan baru yang lebih cantik. Selain itu, mereka juga akan lebih bahagia karena mereka percaya bahwa gigi runcing akan membawa kebahagiaan dan kedamaian jiwa. Keren, ya!

Kepercayaan leluhur yang Senantiasa Dipertahankan

Orang Mentawai, terutama mereka yang tinggal di pedalaman, masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang yang dikenal dengan Arat Sabulungan. Arat Sabulungan memiliki arti ‘agama daun-daunan’. Masyarakat percaya, bahwa daun memiliki kekuasaan magis, atau biasa disebut Kere. Dalam ajaran Arat Sabulungan, dikenal 3 roh yang dipuja, yakni roh laut, roh hutan dan gunung, serta roh awang-awang. Mereka akan menggunakan daun-daunan sebagai perantara berdoa dalam berbagai ritual, baik itu ritual perkawinan, kelahiran, penobatan, dan sebagainya.

Arat Sabulungan tak hanya sebagai agama yang dianut dan dipercaya, namun juga sebagai pedoman untuk mengelola dan menjaga kelestarian alam. Mereka selalu berupaya mengembalikan alam yang rusak ke keadaan semula sesuai dengan ajaran nenek moyang. Oleh karena itu, masyarakat Suku Mentawai rutin mengadakan ritual persembahan kepada leluhur dan alam sekitar. Meskipun kini sudah banyak masyarakat yang tak lagi beragama Arat Sabulungan, namun Arat Sabulungan tetap dihormati dan menjadi pedoman dalam berperilaku dan melestarikan alam. Sebuah sikap toleransi yang patut kita contoh ya, sobat!

Sikerei, Sang Dukun Penyembuh

Selain ketua adat, sikerei adalah orang yang sangat dihormati oleh masyarakat Mentawai. Sikerei memegang peran penting sebagai dukun atau tabib dengan kemampuan spiritual yang tinggi. Selain itu, sikerei dipercaya sangat dekat dengan roh-roh leluhur. Oleh karena itu, sikerei kerap membantu penduduk untuk berkomunikasi dengan arwah leluhur melalui berbagai ritual. Khususnya ritual-ritual yang berkaitan dengan penyembuhan. Bahkan, sikerei berperan lebih dari seorang dukun. Mereka memiliki tanggung jawab moral sebagai petugas kesehatan yang harus siap siaga menolong pasien meskipun harus terbangun ketika dini hari. Salut sekali, ya!

Tugas utama sikerei adalah menjaga kesehatan masyarakat dan mencari penyebab dari berbagai ketidakselarasan antara jasmani dan rohani manusia.  Hal ini karena masyarakat Suku Mentawai percaya bahwa penyakit yang timbul adalah perwujudan dari ketidakselarasan antara jasmani dan rohani manusia, sehingga rohani mereka pun harus disembuhkan. Bagaimana metode pengobatan sikerei? Metode pengobatan sikerei terbilang unik loh, sobat! Mereka menggunakan dedaunan yang dibuat menjadi ramuan khusus, lalu diberi mantra penyembuh. Selain itu, sikerei akan berkomunikasi dengan roh-roh leluhur yang dipercaya dapat membantu menyembuhkan penyakit.

Karena kedudukan dan tugasnya yang amat penting, sikerei memiliki identitas khusus yang membedakannya dengan masyarakat dewasa. Identitas ini ditunjukkan dalam motif tato yang disebut “sibalu-balu”. Motif sibalu-balu berwujud bintang dan memilki makna kesuburan. Selain itu, motif ini juga menjadi simbol bahwa pemakai tato adalah seorang penjaga kesehatan masyarakat sekaligus penangkal dari gangguan penyakit dan roh-roh jahat. Unik sekali ya, sobat!

Berburu dengan Panah Beracun

Selain memiliki keahlian dalam seni merajah tubuh, orang Mentawai juga terkenal akan keahliannya dalam berburu. Meskipun perburuan dilakukan secara tradisional, hasil buruannya cukup memuaskan, loh! Apa sih rahasianya? Ternyata, suku Mentawai memiliki racun tersendiri yang dioleskan di ujung anak panah untuk berburu. Racun ini terbuat dari beberapa dedaunan yang diramu dengan ritual tertentu. Bahkan untuk meracik racun ini, si peracik harus berpuasa dan menjauhi beberapa pantangan terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan karena si peracik racun harus berkonsentrasi penuh. Untuk dapat berkonsentrasi, maka mereka perlu berpuasa sambil mendengarkan iringan nyanyian Mentawai.

Bahan utama untuk membuat racun ini adalah batang pomai yang telah dikikis kulitnya. Kemudian batang ini akan dikikis lalu dicampur dengan akar tuba. Selanjutnya, dari campuran kedua bahan ini akan diambil perasan airnya. Perasan air pomai dan tuba akan dicampur dengan lengkuas, baglau, dan cabai hutan yang telah dicampur halus. Dari campuran seluruh bahan, akan diperas untuk diambil airnya. Konon, semakin banyak cabai hutan yang digunakan, racun tersebut akan semakin mematikan, loh!

Salah satu keunikan racun ini adalah tetap aman apabila dicipi oleh manusia. Oleh karena itu, sikerei akan mencicipi racun tersebut untuk menentukan kadar keasamannya. Hal ini perlu dilakukan karena setiap hewan target buruan memerlukan racun dengan kadar yang berbeda-beda. Racun hanya akan memberikan efek yang mematikan apabila terkena goresan luka yang berdarah. Karena efeknya yang dahsyat ini, hewan buruan akan mati dalam hitungan menit. Hebat sekali, ya!

Nah itu tadi beberapa keunikan Suku Mentawai. Menarik sekali, kan?!

Semoga di era globalisasi dan kemajuan teknologi yang super pesat ini, masyarakat Mentawai dapat tetap mempertahankan kebudayaannya! Kamu bisa mendapatkan banyak inspirasi pariwisata, seni, dan budaya di media sosial dan website Atourin.