Patung Gajah Mada, Sang Patih Majapahit

(Titus Agung Adiyatma)

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang mudah lupa. Itulah sebabnya kita menuliskan sejarah agar hal-hal penting yang sudah terjadi tidak kita lupakan. Walau demikian, seiring waktu berjalan, ada saja muncul kesalahpahaman. Pemahaman mengenai Majapahit tentu tidak luput dari miskonsepsi atau kesalahpahaman. Jelas, wong kerajaan tersebut sudah lama sekali tidak ada, catatan sejarahnya pun juga terbatas. Nah, artikel ini akan meluruskan tiga dari sekian banyak miskonsepsi tentang Majapahit.

Miskonsepsi 1: Orang Majapahit bertempur dengan telanjang dada

Sering digambarkan dalam komik-komik atau film dan serial TV bahwa para prajurit Majapahit bertelanjang dada saat bertarung, atau paling tidak memakai baju tipis saja. Kenyataannya tidak selalu demikian. Faktanya, beragam baju pelindung digunakan oleh para prajurit tersebut. Ada baju zirah rantai yang dikenal dengan nama waju rante, kemudian ada pula baju zirah sisik yang disebut siping-siping. Para prajurit yang memiliki banyak uang biasanya memakai baju pelindung yang dinamakan kawaca. Jelas karena iklim Nusantara yang panas, baju zirah seperti para ksatria di Eropa tidak dipakai karena justru akan menyulitkan yang memakainya.

Miskonsepsi 2: Orang Majapahit tidak mengenal senjata api seperti orang Eropa

Sering pula digambarkan dalam berbagai media bahwa pada zaman Majapahit, orang-orang bertarung dan bertempur dengan keris, pedang, panah, dan tombak. Hal ini memang benar, namun sesungguhnya orang-orang Majapahit sudah mengenal senjata api seperti orang Eropa. Pemakaian senjata api diperkenalkan oleh orang-orang Arab dan Cina yang datang ke Nusantara. Salah satu senjata api yang terkenal dari era Majapahit yakni meriam cetbang. Walau demikian, memang benar senjata api yang dimiliki Majapahit tidak sebaik yang diproduksi di Eropa.

Miskonsepsi 3: Hampir seluruh Nusantara diperintah langsung oleh Raja Majapahit

Di buku-buku pelajaran sekolah, sering diperlihatkan peta wilayah kekuasaan Majapahit. Yang jarang diberitahukan oleh buku-buku tersebut adalah tidak semua wilayah kekuasaan Majapahit diperintah secara langsung oleh raja Majapahit. Wilayah Majapahit dibagi menjadi tiga jenis, yakni Negara Agung, Mancanegara, dan Nusantara. Dari ketiga tersebut, hanya Negara Agung saja yang diperintah langsung oleh sang raja. Wilayah Mancanegara dan Nusantara masing-masing diperintah oleh penguasa lokal yang secara rutin membayar upeti kepada raja Majapahit. Sejarah pun mencatat bahwa Negara Agung hanya mencakup setengah bagian timur Pulau Jawa saja.

Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian pula tidak ada kata terlambat untuk mengetahui fakta sejarah yang sesungguhnya. Semua informasi yang tertulis di atas dapat dengan mudah ditemukan di internet dan diperoleh dari sumber-sumber yang relevan pun terpercaya. Jika ada waktu, sempatkanlah diri untuk menambah wawasan dengan menelusuri sumber-sumber tersebut.