(Sekar Langit Maheswari)

Menguak sisi lain Kalimantan Barat sebagai potensi pengembangan wisata kuliner yang unik dan khas, seperti bubur pedas, pengkang, dan ale-ale.

Perkembangan pariwisata menghasilkan kategori jenis wisata yang makin beragam seiring berjalannya waktu. Tumpang tindih perjalanan dalam satu waktu kini dapat dideskripsikan dengan nama-nama tersendiri, salah satunya food tourism atau wisata kuliner. Makanan sangat erat dengan kegiatan pariwisata. Para pelancong biasanya memiliki itinerary untuk mencoba cita rasa makanan khas dari destinasi wisata yang dikunjunginya. Kegiatan inilah yang saat ini mempunyai istilah sebagai food tourism. Pelaku food tourism sendiri biasanya dipanggil dengan sebutan food traveller.

Keberagaman budaya di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau menghantarkan Indonesia pula sebagai penyumbang makanan-makanan unik terbanyak dari berbagai daerah. Berawal dari kebudayaan yang berasas Bhinneka Tunggal Ika, kebiasaan sehari-hari masyarakat dalam menyantap hidangan pun kaya cara dan kaya rasa. Mulai dari bahan pangan yang dipakai, proses memasak yang dipilih, dan penyajian yang disuguhkan merupakan padu padan dalam wisata kuliner.

Tugu Khatulistiwa

Salah satu daerah yang bisa menjadi pilihan berkuliner dengan sumber kekayaan yang melimpah akan variasi santapan menggugah selera adalah Kalimantan Barat. Julukan Kalimantan Barat sebagai surganya wisata kuliner menjadi alasan pemicu bagi para pecinta makanan untuk berwisata ke sana. Ungkapan ini diberikan dari kalangan masyarakat yang telah berhasil memperoleh kesan dalam kekhasan rasa dan kepuasan hidangan berkuliner. Beberapa menu hidangan andalan yang perlu ditempatkan pada urutan pertama daftar kunjungan berwisata di Kalimantan Barat, yaitu:

Bubur Pedas

Bubur ini pertama kali dipopulerkan pada masa pemerintahan Keraton Sambas dengan sejarah berkembang yang panjang. Perbedaan cara pembuatan bubur ini menjadi keunikan tersendiri melalui proses penumbukan beras sebelum masak. Asal usul bubur bernama tradisional bubbor paddas ini berawal dari sakitnya seorang raja Sambas yang sedang sakit hingga kehilangan nafsu makannya. Untuk memulihkan kembali kondisi kesehatan sang raja, pelayan kerajaan meracik campuran beras dan sayur-mayur, terutama daun kesum, menjadi makanan lezat sekaligus obat yang disukai raja.

Kesum sendiri diambil dari nama pelayan yang telah membuatkan raja hidangan tersebut. Pada dasarnya, daun kesum merupakan daun laksa yang biasa digunakan sebagai bumbu dapur untuk membuat makanan terasa pedas khas dan harum. Selain itu, masyarakat Kalimantan biasanya memanfaatkan daun kesum untuk menghilangkan aroma amis dalam daging ikan, sapi, maupun kambing.

Irisan tipis-tipis daun kesum dimasak bersama dengan kunyit sebelum dicampurkan bersama beras tumbuk, pakis, dan sayur kangkung. Dengan tambahan lada sangrai, bubur ini lebih sering disajikan dengan kacang goreng dan ikan teri goreng sebagai penyempurnaannya. Kata pedas pemberian makanan ini digunakan rakyat melayu sebagai perumpamaan saja karena orang-orang lebih sering menyantap hidangan ini dengan tambahan sambal untuk memperkuat rasa pedas yang ada.

Pemandangan di Pesisir Sungai Kapuas

Pengkang

Jika Jawa punya lemper, maka Kalimantan punya pengkang. Seperti lemper di Jawa, pengkang terbuat dari ketan atau yang lebih dikenal dengan pulut di Kalimantan Barat. Isian yang dipakai dalam pengkang berasal dari ebi-ebian dengan memanfaatkan hasil olahan kekayaan alam sekitar. Dalam pengemasannya, pengkang menggunakan daun pisang dan dibentuk segitiga. Orang zaman dahulu memanfaatkan kepraktisan kemasan pengkang untuk dibawa bekal berburu atau berladang.

Jajanan pasar ini terkenal terutama di ibu kota provinsinya, yaitu Pontianak. Meskipun begitu, camilan pengganjal perut ini merupakan salah satu incaran utama para wisatawan yang hendak berkuliner di Kalimantan Barat. Cita rasa yang diberikan makanan ini adalah kegurihan dari isian ebi dan ketan yang menyatu dan mampu mengenyangkan. Penguat kekhasan ini adalah proses memasaknya yang dibakar setelah dibungkus daun pisang.

Selain dimakan langsung, pengkang juga dapat dihidangkan bersama sate dan sambal kepah. Sambal kepah berbahan utama kerang yang banyak hidup di hutan bakau dekat pantai Kalimantan Barat. Perpaduan ini mewujudkan rasa gurih pengkang dan legit pedas manis dari sambal kepah yang ada.

Ale-Ale

Pecinta hidangan laut akan dimanjakan dengan hidangan satu ini. Ale-ale merupakan jenis olahan laut berbahan kerang yang hanya dapat ditemukan di Kabupaten Ketapang. Karena keasliannya ini, ale-ale pun telah menjadi kuliner identik dari Ketapang yang disahkan pemerintah setempat. Untuk memperkuat keaslian ale-ale, pembuatan tugu dengan nama Tugu Ale-Ale bahkan telah direalisasikan dengan lokasi Titik 0 KM Kota Ketapang.

Jembatan di Sungai Kapuas

Cangkang ale-ale memiliki tekstur yang kasar dan licin dengan bentuk yang terbilang kecil, seperti remis. Daging berwarna putih bening ale-ale dapat diolah dengan berbagai cara sebagai lauk pelengkap nasi putih hangat. Semua jenis sajian ale-ale tidak akan pernah gagal, mulai dari ale-ale olahan sederhana dengan saus kecap, ale-ale tumis, ale-ale asam, kuah kental, hingga sambal ale-ale. Kenyalnya daging ale-ale yang sudah gurih pun sudah bisa dinikmati hanya melalui merebusnya dengan bumbu garam.

Kesederhanaan hidangan ale-ale memiliki manfaat yang besar dibaliknya. Dengan kadar konsumsi yang sesuai, ale-ale mampu menjaga kesehatan jantung, mengatasi anemia, membentuk otot, dan menjaga fungsi saraf. Potensi wisata kuliner Kalimantan Barat tidak akan ada habisnya jika hendak dibahas sampai tuntas. Keragaman kuliner ini mampu dijadikan penguatan pariwisata di Kalimantan Barat selain sebagai pulau seribu sungai. Jadi kapan Sobat Atourin jelajah kuliner ke Kalimantan Barat?