(Irlia Fadhlurrahmah)
Indonesia adalah sebuah negara majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya, suku bangsa, dan aliran–aliran kepercayaan. Keanekaragman ini sangat berpengaruh pada banyaknya variasi budaya yang dimiliki Indonesia. Keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia dapat dilihat dari macam–macam baju adatnya, bahasa, masakan tradisional, maupun bentuk kesenian dan ritual yang sudah pasti berbeda dari tiap suku. Salah satunya ada di Kabupaten Toraja Utara yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan.
Toraja sendiri merupakan suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut agama islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk Tu Dolo. Aluk Tu Dolo adalah agama leluhur nenek moyang suku Toraja yang masih dipraktikkan oleh sejumlah masyarakat Toraja. Seiring berjalannya waktu, Toraja terbagi menjadi dua kabupaten, yaitu Toraja Utara dan Tana Toraja. Nah, di Kabupaten Toraja Utara inilah kita bisa menjumpai ritual sakral nan mistis yang bernama ritual ma’nene.
Ritual sakral ma’nene adalah ritual yang dilakukan rutin setiap tahun pada bulan Juli hingga puncaknya Agustus dan telah dipercaya penduduk setempat secara turun–temurun dan sudah berlangsung sejak lama. Ritual ini dimaksudkan untuk membersihkan jenazah leluhur keluarga yang sudah ratusan tahun meninggal dunia. Ritual yang dilakukan seperti mengganti kain dan pakaian yang dikenakan jenazah pada saat awal penguburan. Selain itu, ritual ma’nene juga dijadikan ajang untuk berkumpulnya kerabat dan sanak saudara. Ritual ini biasanya tidak dilakukan secara masing–masing oleh tiap keluarga, melainkan serentak bersamaan bahkan satu desa, sehingga acaranya pun berlangsung agak lama.
Ritual ma’nene diawali dengan berkumpulnya para anggota keluarga untuk pengambilan jenazah. Para keluarga akan berkumpul di kompleks pemakaman berbentuk rumah yang disebut dengan patane. Setelah itu, ratusan jenazah akan dikeluarkan dari patane untuk dibersihkan serta kemudian kain dan pakaiannya diganti dengan yang baru. Setelah selesai diganti yang baru, jenazah akan terlebih dahulu dijemur di bawah terik matahari dengan tujuan agar jasad tetap awet. Lalu, jenazah tersebut akan kembali dibungkus untuk kembali dimasukkan ke dalam patane. Rangkaian ritual ma’nene akan ditutup dengan anggota keluarga yang beribadah bersama di rumah adat Tongkonan.
Ritual ma’nene ini harus dilakukan dengan perasaan sukacita, tidak boleh berkabung atau bahkan menangis. Karena menurut penduduk setempat proses ini adalah sebuah bentuk cinta kasih. Selain penggantian kain dan pakaian, ritual ini juga diikuti dengan ritual pemotongan hewan kerbau dan babi sebagai bentuk persembahan.
Di balik kemistisannya, ritual Ma’nene memiliki makna yang dalam dan berkesan, yaitu menggambarkan betapa penting sebuah hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja. Dimana hubungan antar anggota keluar tidak boleh terputus walaupun telah dipisahkan oleh kematian. Selain itu, ritual ini juga dianggap sebagai cara untuk memperkenalkan anggota keluarga baru kepada para leluhurnya.
Nah, itu dia penjelasan tentang ritual ma’nene sobat Atourin! Menarik sekali bukan? Selain ritual ini adalah ritual sakral yang berbau mistis, namun terdapat juga makna yang mendalam dari ritual tersebut. Ritual ini hanya satu dari sekian banyak keragaman di Indonesia yang bisa kalian cari tahu, dan bersama Atourin kamu bisa belajar dan mengetahui keragaman yang ada.