Anggreliani Utami

Time to read: 4 menit

Terletak di sebelah timur laut Kota Padang, berdirilah Kota Sawahlunto. Kota kecil nan berbudaya ini adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Walaupun hanya memiliki luas sekitar 273 km, kota ini mempunyai sejarah panjang akan pertambangan batu bara yang dibangun Belanda di Indonesia pada masa penjajahan lalu.

Sawahlunto dikenal sebagai kota wisata tua yang multi etnik. Kota yang diresmikan pada tahun 1888 ini setidaknya didiami oleh etnik Minangkabau, Jawa, Tionghoa, dan Batak. Hal ini tak mengherankan karena sejak ditemukannya Situs Tambang Batu Bara Ombilin pada pertengahan abad ke 19 oleh seorang geolog berkebangsaan Belanda, Willem Hendrik de Greve, pemerintah Hindia Belanda mulai mengirim banyak narapidana dari seluruh penjara di penjuru Indonesia. Para narapidana inilah yang kemudian dijadikan pekerja paksa yang biasa disebut sebagai Orang Rantai. 

Sejarahnya yang panjang bersama pemerintah kolonial Belanda, menghasilkan banyaknya bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda yang menarik minat para wisatawan lokal dan internasional untuk datang ke kota kecil ini. Sejarah panjang dan nilai-nilai kehidupan yang bisa dipelajari dari situs bersejarah ini, Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto, telah diakui oleh UNESCO sebagai UNESCO World Heritage Site pada Juli 2019 lalu. Sungguh membangkkan bukan!

Bagi kamu yang berkunjung ke Sawahlunto, tentu kurang afdol jika tidak mencici atau membeli oleh-oleh khas daerah ini baik berupa kuliner maupun kriya atau cenderamata lainnya. Nah, apa saja sih oleh-oleh yang bisa dibawa pulang ketika berkunjung ke kota tambang batu bara ini? Berikut daftarnya.

Kerajinan Batu Bara

Sebagai kota yang memiliki situs tambang tertua di Asia Tenggara, Sawahlunto tentu memiliki sumber batu bara yang melimpah ruah. Penelitian yang dilakukan oleh geolog asal Belanda menemukan bahwa terdapat lebih dari 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin. Berdasarkan data yang tercatat pada Neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara Indonesia di tahun 2018, selama hampir 100 tahun lebih dieksploitasi, diperkirakan masih ada lebih dari 47 juta ton batu bara cadangan yang tersisa di Ombilin. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat Sawahlunto.

Sumber daya alam bumi ini disulap oleh para pengrajin di Sawahlunto menjadi suvenir yang cantik dan menghasilkan uang. Mulai dari ukiran sederhana seperti papan nama dan asbak, hingga patung-patung dengan bermacam bentuk dan rupa. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp10.000,00 hingga jutaan rupiah, tergantung tingkat kesulitan dan waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatannya. 

Kain Songket Silungkang

Songket adalah kain yang ditenun menggunakan benang emas dan perak. Di Sumatera Barat sendiri, terdapat beberapa jenis songket yang terkenal. Salah satunya adalah Songket Silungkang yang diakui kualitas dan keindahannya. Meskipun terletak di sebuah desa yang berada di kota kecil, kecantikan Songket Silungkang telah terkenal hingga di Asia Tenggara, bahkan Eropa. 

Keunikan songket Silungkang adalah bahan dasarnya yang dibuat dari benang lusi atau lungsin sementara motif dan hiasannya menggunakan benang makao atau benang pakan. Warna tenun dasarnya berciri merah tua, hijau tua, atau biru tua. Sementara ragam motif dan hiasnya dibentuk dengan benang emas, perak, dan warna lainnya. 

Tenun Silungkang memiliki motif yang bervariasi, biasanya terinspirasi dari alam sekitar, ada motif pucuak rabuang, motif bunga, motif burung, dan lainnya. Motifnya memang terbilang lebih sederhana dibandingkan dengan tenun Songket Pandai Sikek, tapi kesederhanaan inilah yang membuat kain Songket Silungkang dicintai dan digemari oleh banyak orang.

Harga per potong Songket Silungkang berkisar Rp300.000,00 sampai 3,5 juta rupiah. Kain tenun ini bisa ditemukan di Jalan Lintas Sumatera ruas Sawahlunto-Solok. Di pinggir jalan berjejer butik dan toko yang menjual kain tenun khas Silungkang. Salah satunya adalah Toko Songket Aina yang sudah berdiri sejak 1985. 

Datuk Siloengkang Coffee

Para penikmat kopi tentu wajib membawa oleh-oleh khas Sawahlunto yang satu ini. Tak hanya kain tenun, Silungkang juga terkenal akan warung kopi tradisional yang menawarkan kopi-kopi berkualitas dan bercita rasa tinggi. 

Biji kopi yang digunakan adalah biji kopi kering lokal jenis robusta. Keunggulan dari produk-produk Datuk Siloengkang Coffee diperoleh dari tata cara pengolahan biji kopi pilihan yang dilakukan secara tradisional, yaitu dengan menyangrai biji kopi di atas tungku yang berbahan bakar kayu. Biji kopi akan disangrai sambil memperhatikan tingkat panas dan kerapuhannya. Baru setelah itu, biji kopi ditumbuk hingga halus dan disajikan. 

Jika Sobat Atourin tertarik, kamu bisa menemukan warung Datuk Siloenkang Coffee di kawasan jalan Lintas Sumatera Solok-Sijunjung, dan membeli bubuk kopinya dengan harga sekitar Rp80.000,00 saja.

Kerupuk Kubang

Seperti namanya, Kerupuk Kubang merupakan salah satu makanan khas Kota Sawahlunto yang berasal dari Nagari Kubang. Bahan utama dari kerupuk ini adalah ubi jalar. Pengolahan kerupuk ini terbilang unik, yaitu dengan cara diperam selama dua hari. Kerupuk ini biasanya dijual dalam keadaan mentah dan dapat ditemukan di Pasar Sawahlunto atau warung-warung di sepanjang jalur Lintas Sumatera dengan harga Rp4.000,00 hingga Rp5.000,00.

Lamang Tungkek

Apabila Sobat Atourin berkunjung ke Kota Sawahlunto pada masa-masa Lebaran Haji, maka Lamang Tungkek merupakan makanan yang tidak boleh dilewatkan untuk dicoba. Lamang Tungkek merupakan menu wajib masyarakat Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto ketika merayakan Idul Adha. Berbeda dengan Lamang Minang pada umumnya, Lamang Tungkek tidak menggunakan media bambu, melainkan hanya dibungkus dengan daun pisang yang diikat dengan tali rafia.

Lamang Tungkek terbuat dari tepung beras yang dimasak dengan santan dan gula aren lalu dibungkus dengan daun pisang. Proses pembuatannya pun memakan waktu yang cukup lama dan membutuhkan tenaga sebanyak kurang lebih dua orang untuk mengaduk adonan. Pada masa Idul Adha, Lemang Tungkek dihargai dengan cukup mahal, yaitu seharga Rp2.000,00 per biji.  

Nah, itulah beberapa oleh-oleh yang wajib Sobat Atourin bawa pulang ketika mengunjungi Kota Sawahlunto. Nah, untuk Sobat Atourin, mari ikuti campaign Atourin dengan cara menjadi pejalan yang bertanggung jawab dengan menjaga aspek-aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pariwisata Indonesia demi mewujudkan pariwisata Indonesia yang lebih baik! #thetravellerspower.