Time to Read: 3 menit
(Arneta Iftita Pramadhani)
“Sebenarnya di Malang itu ada banyak hal-hal menarik untuk dikulik, hanya saja nggak banyak orang yang tahu dan mau untuk ngulik,” ucap Dini Rachmawati atau akrab dipanggil Mbak Dini, suatu siang melalui sebuah wawancara via telepon.
Bergabung bersama Atourin sejak April 2020, Mbak Dini kini menjadi salah satu pemandu wisata mitra Atourin yang berspesialisasi di Malang, Jawa Timur. Pembawaannya yang ramah dan humble membuat orang betah mengobrol lama dengannya. Ia siap membawa para traveller berkeliling ke berbagai destinasi wisata di Malang Raya, khususnya wisata bersejarah.
Meskipun Mbak Dini adalah pemandu wisata Malang Raya, dia sebenarnya berasal dari Bandung, Jawa Barat. Mbak Dini sempat pindah ke Pasuruan, baru kemudian mulai menetap di Malang ketika SMA. Minatnya pada sejarah sejak SMA membawanya untuk mengikuti acara volunteer cagar budaya. Acara tersebut diadakan oleh Dinas Pariwisata Kota Malang pada tahun 2018 dan membawa Mbak Dini berkunjung sekaligus survei ke tempat-tempat legendaris di Kota Malang. Sejak itu minat menjadi pemandu wisata semakin besar dan berlanjut hingga saat ini. Kini, selain menjadi pemandu wisata, Mbak Dini juga bekerja pada sebuah tour dan travel.
Selama menjadi pemandu wisata, Mbak Dini senang membawa para traveller ke berbagai bangunan tempo dulu di seputar Malang kota.
“Karena latar belakang aku di sejarah, aku lebih menguasai tempat-tempat bersejarah,” jelasnya ramah.
Kota Malang memiliki cukup banyak bangunan cagar budaya yang dapat menarik wisatawan seperti Hotel Pelangi, Kampung Heritage Kayutangan, Pasar Besar Malang, Gereja Kayutangan, Gereja Ayam, dan beberapa tempat lainnya.
Selain tempat wisata, ada kuliner-kuliner legendaris Kota Malang yang patut dicoba. Mayoritas telah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini. Resep-resep kuliner diwariskan secara turun temurun dengan tetap menjaga kualitas serta cara pembuatan. Salah satu yang sempat diceritakan oleh Mbak Dini adalah Toko Kue Majoe di daerah pecinan, Pasar Besar. “Tokonya turun temurun lho, sudah sejak tahun 1930-an. Sekarang dijalankan oleh anak-anaknya. Kuenya masih original dan enak, walaupun harganya agak mahal. Karena bahan-bahannya terjamin. Bahkan mereka masih menggunakan oven dari kompor minyak tanah.”
Ia juga merekomendasikan Depot Mie Hoklay dan pabrik roti Kalimas. Sayangnya, kuliner-kuliner tersebut terancam punah karena tidak ada penerus.
Berkecimpung di dunia pariwisata Kota Malang tentu membuat Mbak Dini hafal sejarah kota tersebut. Ada bangunan-bangunan yang terlihat sepertinya biasa saja, tapi setelah dikulik ternyata mempunyai sejarah panjang. Ada pula toko-toko lawas yang telah dikelola selama ratusan tahun. Namun, sangat disayangkan bangunan-bangunan itu kini marak diperjualbelikan dan diubah arsitekturnya. Kondisi tersebut tentu mendorong timbulnya harapan dari Mbak Dini terhadap pariwisata di Kota Malang. Ia ingin agar pemerintah turut memperhatikan bangunan cagar budaya.
“Seperti di daerah Kayutangan, toko-tokonya dijual, padahal arsitekturnya masih berupa bangunan lama. Di kawasan Jalan Ijen juga, rumah-rumah yang sebenarnya cagar budaya diubah. Padahal jika dipertahankan bisa menjadi daya tarik wisata,” tandasnya.
Kurangnya partisipasi pemerintah dalam pelestarian cagar budaya menjadi tantangan tersendiri baginya selama menjadi pemandu wisata. Tak hanya pada wisata sejarah, wisata-wisata alam juga masih membutuhkan perhatian lebih agar dapat menarik para wisatawan.
Mbak Dini menyadari, potensi wisata di Malang Raya sangatlah besar.
“Sebenarnya di Malang ada banyak banget tempat wisata yang potensinya belum tergali. Wisata buatan berpusat di Kota Batu. Kalau wisata alam lebih banyak di Kabupaten Malang. Sedangkan wilayah kota kaya wisata sejarah dan wisata belanja, seperti mall atau pusat oleh-oleh. Jadi sebenarnya tersegmentasi sendiri-sendiri, tapi nggak bisa sendiri-sendiri juga. Malang ya Malang Raya, meliputi kabupaten maupun kota,” terangnya.
Lebih lanjut, Ia berharap industri pariwisata di Indonesia menjadi lebih maju. Kerjasama antara berbagai pihak tentu dibutuhkan agar industri ini semakin berkembang. Selain itu, besar harapan agar pademi ini segera berakhir, sehingga sektor pariwisata dapat berjalan normal kembali. Tidak dapat dipungkiri, sektor pariwisata merupakan sektor penyumbang devisa bagi negara. Sebelum pandemi ini terjadi, pariwisata di Indonesia sudah sangat baik. Masyarakat sudah mempunyai minat tinggi dalam berwisata.
Melalui Instagram pribadinya, @dinithea, Mbak Dini kerap membagikan pengalaman ketika sedang berjalan-jalan. Dengan caption yang informatif, banyak info-info menarik seputar pariwisata yang bisa didapatkan. Selain itu, Mbak Dini juga aktif bergabung dalam komunitas Malang Raya Heritage. Bersama komunitas tersebut, Ia mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya di Malang Raya. Beberapa acara telah diselenggarakan oleh komunitas ini, yang paling baru bertajuk “Oeklam-Oeklam Heritage Nang Kajoetangan”. Acara itu bertempat di Kayutangan, daerah yang terkenal akan bangunan-bangunan lawas.
Jika ingin jalan-jalan bersama Mbak Dini ke kota Malang, kamu bisa menghubunginya via Atourin. Selain menyediakan pemandu wisata berpengalaman, Atourin juga membantu merencanakan perjalananmu agar lebih seru. Segera kunjungi website Atourin, ya.
Catatan: Foto-foto penunjang artikel dapat diakses di https://drive.google.com/drive/folders/1GhqM5Cq1x2UbbX0Kt3DYt14PMzs7lv8F?usp=sharing