Ananda Rivi
Kota Kupang merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), bukan hanya sebuah destinasi yang memukau dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, tetapi juga sebuah perpaduan yang mempesona dari sejarah dan keberagaman budaya. Terletak di tepi Teluk Kupang, kota ini menawarkan panorama alam yang memukau dengan beberapa pantai pasir putih yang indah. Kota ini menjadi jujukan wisatawan yang ingin eksplor keindahan Pulau Timor, pulau terbesar di NTT. Beberapa destinasi wisata di Kota Kupang serta Kabupaten Kupang, kabupaten yang mengeliling kota ini adalah Pantai Tablolong, Kampung Solor, Gua Kristal, Pantai Pasir Panjang, Pantai Kupang, Pantai Lasiana, Gunung Fatuleu, Air Terjun Oenesu, Taman Nostalgia, dan masih banyak lagi. Keberadaan pariwisata di Kupang tidak bisa dilepaskan dari insan-insan pariwisata yang membangun pariwisata di sana. Salah satunya adalah Kak Yessy Christina. Kak Yessy adalah pemandu wisata bersertifikasi yang telah berkecimpung lebih dari 5 tahun dalam industri pariwisata di daerahnya. Yuk kita simak ceritanya lebih lanjut.
Asa Dalam Tantangan Pengembangan Pariwisata Daerah
Pariwisata Kota Kupang dan sekitarnya terus bergeliat dan sempat terkendala karena adanya pandemi COVID-19 beberapa saat lalu. Saat ini memang bisa dibilang destinasi pariwisata Kupang mengandalkan kunjungan wisatawan domestik terutama wisatawan yang berasal dari NTT itu sendiri. Walau demikian, tetap tercatat adanya kunjungan wisatawan luar provinsi dan bahkan luar negeri. Secara potensi, daya tarik wisata di Kupang secara jumlah sangat banyak dan beragam. Beberapa kendala yang selama ini menjadi perhatian Kak Yessy adalah terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) pariwisata serta promosi yang perlu digiatkan lagi agar Kupang bisa bersaing dengan destinasi wisata lainnya terutama yang ada di NTT.
Menyikapi tantangan di atas, Kak Yessy kemudian mendirikan inisiatif Katemak Learning Center. “Saya ingin memajukan dan berdampak untuk orang-orang di sini” tutur Kak Yessy. Kak Yessy memiliki latar belakang pendidikan yang kuat di bidang pariwisata, yang memotivasi dirinya untuk membangun Katemak Learning Center dan mengembangkan daerah sekitarnya. “Katemak Learning Center adalah sebuah komunitas pembelajaran yang mendorong adanya pertukaran informasi, pengetahuan, dan keterampilan praktis, terutama yang berkaitan dengan industri pariwisata. Kegiatannya meliputi kursus bahasa asing, diskusi, dan brainstorming tematik. Kegiatan Katemak Learning Center bisa diikuti secara gratis oleh pegiat wisata di Kupang,” tutur Kak Yessy.
Yang menarik, katemak adalah salah satu makanan populer di Pulau Timor. Katemak adalah sop yang terbuat dari rebusan jagung, ubi, daun labu, daun ubi, daun pepaya, dan dicampur dengan daging sapi serta aneka bumbu seperti cabai merah dan bawang putih. Layaknya sop lainnya, katemak lebih nikmat disajikan dalam keadaan hangat. Tentu, makanan ini wajib kamu coba saat berkunjung ke Kupang atau daerah lain di Pulau Timor. Menurut Kak Yessy, nama katemak dipilih karena mempertimbangkan nilai kelokalan serta keberagaman yang direpresentasikan oleh makanan tersebut, yang kemudian menjadi salah satu nilai utama dari inisiatif yang dibangunnya.
Dalam bidang kepemanduan, Kak Yessy tentu terus meningkatkan pemahaman dan keahlian yang terkait dengan cara misalnya mengikuti berbagai kegiatan pelatihan baik itu yang daring maupun luring. Pemandu wisata menurutnya penting karena mereka lah yang menyampaikan narasi-narasi tentang pariwisata di destinasi wisata yang dikunjungi dengan runut, lengkap, dan penyampaian menarik. Wisatawan bisa saja membaca brosur wisata atau mendapatkan informasi dari internet tentang obyek wisata itu, namun pemandu wisata membuat pengalaman wisata menjadi lebih menarik karena adanya interaksi antara manusia seperti tanya jawab, humor, serta membangun suasana yang menyenangkan. Kak Yessy tercatat sebagai anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia.
Pentingnya komunikasi lintas budaya dalam industri pariwisata juga menjadi perhatiannya, sehingga dia selalu ingin mengembangkan penguasaan bahasa asing terutama bahasa inggris. Kak Yessy pernah memandu beberapa wisatawan mancanegara. Dan pengalamannya ini memberikan kenangan yang berkesan baik untuk mereka maupun untuk Kak Yessy sendiri.
Ketertarikan pada Isu-Isu Kelestarian Lingkungan
Sebelum mendirikan Katemak Learning Center, Kak Yessy telah aktif dalam berbagai komunitas peduli lingkungan dan anggota-anggota komunitas pariwisata Politeknik Negeri Kupang yang memiliki fokus serupa. Bersama mereka, dilakukan kegiatan kerja bakti rutin untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar, menciptakan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan bersama. Dengan diakuinya bahwa Kota Kupang masih menghadapi beberapa permasalahan lingkungan terutama masalah sampah. Masih perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah lestari setidaknya melalui cara sederhana yakni buang sampah pada tempat sampah. Kebersihan menjadi pre-kondisi penting untuk memastikan bahwa Kota Kupang menjadi destinasi wisata yang nyaman bagi wisatawan. Menurutnya, inisiatif seperti kerja bakti rutin bersih-bersih lingkungan perlu dilakukan sembari melengkapi atau memperbaiki sarana dan prasarana penunjang kebersihan.
Kegiatan kerja bakti bersih-bersih lingkungan biasanya dilakukan di daerah Kupang. Rata-rata yang ikut adalah sekitar 5-10 orang. Para peserta terlihat antusias mengumpulkan sampah dan memasukkannya ke dalam karung yang disediakan. Karung sampah ini kemudian dibawa ke tempat sampah terdekat. Sampah anorganik dari tempat tersebut bisa digunakan untuk di daur ulang menjadi benda-benda yang bisa dibuat dari plastik daur ulang misalnya meja, atau peralatan lainnya.
Kesempatan Summer Course ke Negeri Seberang
Salah satu pencapaian terbesar Kak Yessy adalah kesempatannya untuk belajar di Australia melalui program kursus singkat selama lima minggu yang berfokus pada keberlanjutan. Pengalaman ini memberinya wawasan mendalam tentang praktik terbaik dalam keberlanjutan dan menginspirasi dia untuk terus memperjuangkan prinsip-prinsip ini dalam industri pariwisata di daerahnya.
Kak Yessy mendapatkan beasiswa Summer Course di Griffith University, Queensland pada September hingga Desember 2019. Program Summer Course ini diadakan langsung Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berlangsung selama tiga minggu di Gold Coast dan dua minggu di Brisbane. Program ini dilanjutkan di Labuan Bajo, di mana peserta melakukan pertemuan dengan industri, pemerintah, serta magang selama dua minggu. Proses pendaftaran dilakukan secara online dengan seleksi administrasi dan wawancara (final test). Seleksi wawancara dilakukan secara tatap muka, dan setelah pengumuman kelulusan, para peserta mengikuti program pelatihan bahasa Inggris di Pusat Bahasa Universitas Nusa Cendana, Kupang.
“Interaksi saya dengan peserta sangat baik karena kebetulan yang lulus dan menerima beasiswa tersebut tidak banyak yang latar belakangnya pariwisata. Banyak di antara mereka adalah praktisi di berbagai bidang. Saya bisa mendapat masukan tentang bagaimana merencanakan proyek berbasis pariwisata berkelanjutan.” tutur Kak Yessy. Program ini sangat berarti dan bermanfaat bagi Kak Yessy karena dia bisa melihat secara langsung praktik pariwisata berkelanjutan, bagaimana konsep pentahelix dijalankan dan kesetaraan ekonomi, gender dan sosial itu benar-benar nyata dijalankan di Australia. Selain itu, Kak Yessy juga berkesempatan untuk bertemu dengan para pembicara dan industri pariwisata di Queensland untuk mengetahui bagaimana mereka menjalankan proyek atau usaha mereka. Terakhir, Kak Yessy juga bertemu dosen-dosen yang sangat kooperatif mendengar setiap proyek dan menyesuaikan proses pembelajaran dengan proyek yang peserta miliki.
Harapan Kak Yessy bahwa program ini bisa kembali diadakan dan tepat sasaran karena masih banyak SDM pariwisata yang berpotensi untuk dibekali dengan keahlian dan pengetahuanmengenai pariwisata berkelanjutan di Australia atau negara lainnya.
Upaya yang dilakukan Kak Yessy telah membawa manfaat tidak hanya pada perkembangan pribadinya, tetapi juga pada pariwisata di daerahnya. Kak Yessy bersyukur bahwa dalam konteks Provinsi NTT, pemerintah setempat mulai terlibat dalam upaya mengedukasi masyarakat tentang potensi pariwisata serta mendorong masyarakat untuk aktif mengadakan acara-acara wisata. Sebagai contoh, terdapat sebuah acara di Flores yang melibatkan puluhan ribu orang dan menggunakan rumah-rumah warga sebagai akomodasi penginapan. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi ekonomi lokal.
Meskipun demikian, Kak Yessy juga tetap memperhatikan pentingnya menjaga kearifan lokal dan hak masyarakat adat atas tanah mereka. Dia berharap pemerintah dapat lebih fokus pada pembangunan sumber daya manusia di sektor pariwisata dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan, sehingga generasi mendatang juga dapat menikmati warisan yang dijaga dengan baik oleh generasi saat ini.
Dengan dedikasinya, Kak Yessy Christina telah menjadi pegiat wisata yang luar biasa dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat Kota Kupang dan NTT secara keseluruhan. Melalui Katemak Learning Center, dia tidak hanya membangun keterampilan dan kesadaran masyarakat lokal, tetapi juga membuka pintu menuju masa depan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Semangat dan harapan Kak Yessy akan terus ada seperti halnya deburan ombak di tepi pantai-pantai pesisir Kupang yang selalu terdengar sepanjang masa.