Dimas Raihan Alghifary
Time to read: 7 menit
Halo Sobat Atourin! Semoga hari ini jadi hari terbaik kamu ya! Nah kalo sekarang kamu sedang membaca artikel ini, bisa disimpulkan kamu termasuk orang yang tertarik akan dunia konservasi di Indonesia loh! Seperti kita semua tahu, Indonesia memiliki primata-primata endemik yang populer bagi pecinta dunia satwa. Contohnya seperti komodo, jalak bali, badak jawa, anoa, danmonyet hitam sulawesi. Tapi apakah kamu tahu di Pulau Jawa bagian barat ada primata endemik yang saat ini statusnya termasuk kedalam satwa terancam punah? Ya primata ini adalah monyet surili (Presbytis comata). Untuk lebih mengenal lebih jauh mengenai monyet surili, yuk simak info lengkapnya di bawah ini.
Karakteristik Surili
Untuk kamu yang belum tau, cara mudah membedakan monyet surili dengan jenis monyet lainnya adalah melihat warna tubuhnya. Monyet surili memiliki ciri-ciri punggung dan bagian dagu berwarna abu-abu, kemudian pada dada, perut, bagian dalam lengan, serta kaki berwarna putih. Uniknya, surili memiliki jambul berwarna hitam di kepalanya, tidak dijumpai warna putih di bagian dahi, pipi berwarna kehitaman, ekor berwarna gelap pada bagian atas dan terang di bagian bawah, dan iris mata berwarna kecoklatan. Surili memiliki panjang tubuh berkisar antara 43-60 cm dengan panjang ekor 56-72 cm, dan berat badan bisa mencapai 6,5 kilogram.
Habitat dan Status Perlindungan Surili
Surili merupakan satwa endemik Pulau Jawa bagian barat yang tersebar mulai dari Provinsi Banten, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah. Status konservasi surili dilindungi oleh Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, CITES (2019) dan menurut IUCN (2016), surili dikategorikan sebagai satwa terancam punah, dengan diperkirakan populasi surili di alam liar hanya tersisa 4.000 hingga 6.000 ekor saja.
Kawasan konservasi menjadi tempat bagi sebagian populasi surili saat ini. Kelestarian populasi surili sedang terancam akibat adanya penurunan luas habitat alaminya, perburuan liar untuk dijadikan hewan peliharaan karena bentuknya yang lucu, serta tumpang tindih pakan dengan herbivora lain.
Aktivitas Perilaku Surili
Surili hidup secara berkelompok dengan jumlah 4-5 hingga 10-15 individu per kelompok dengan 1 jantan bertugas sebagai ketua kelompok. Terdapat surili yang hidup secara soliter, biasanya individu betina yang sudah tua. Surili menghabiskan waktu sehari-harinya di pucuk pohon yang tinggi. Mereka akan turun ke tanah bila ketersediaan pakan di atas sudah menipis. Hal ini disebabkan karena mereka termasuk hewan yang sangat waspada di alam yang belum banyak terdapat aktivitas manusia. Namun surili yang hidup di hutan yang berbatasan dengan perkebunan warga, biasanya memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa hewan ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan habitatnya.
Tips & Trick Melihat Surili
Kalo kamu ingin melihat langsung surili di alam liar, surili dapat ditemukan di zona inti dan zona rimba Taman Nasional Gunung Ciremai, Curug Cileat Subang, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Cagar Alam Situ Patenggang Bandung, Cagar Alam Kawah Kamojang Bandung, dan beberapa kawasan konservasi di bagian barat Pulau Jawa.
Cukup sulit untuk kamu melihat jelas aktivitas yang mereka lakukan karena mereka diam di pucuk pohon yang tinggi. Perlu membawa binocular bila ingin melihat secara jelas. Kamu disarankan untuk ditemani pihak pengelola kawasan saat berniat melihat mereka di habitat aslinya. Kemudian sensitivitas tinggi yang mereka miliki membuat mereka akan cepat-cepat pergi ketika mendengar suara jejak kaki manusia. Penting untuk kamu berjalan dengan tanpamenimbulkan suara atau setidaknya suara yang minim.
Jika kamu cukup malas pergi ke hutan dan bersusah payah menemukan mereka, di Kebun Binatang Bandung bisa jadi alternatif lain yang bisa kamu kunjungi untuk bertemu Surili.
Penutup
Karena saat ini Surili termasuk satwa yang dilindungi dan terancam punah, tentu sangat diperlukan berkontribusi kita dalam menjaga kelestarian mereka. Bila ancaman terhadap populasi mereka terus ada, bukan tidak mungkin di masa depan spesies ini akan punah. Langkah mudah yang bisa kamu lakukan adalah dengan melaporkan ke pihak konservasi, siapapun yang memburu, menjual belikan dan/ atau memelihara surili. Ini merupakan cara efektif dalam mengurangi perburuan liar di habitat alaminya. Ayo mulai mencintai hewan-hewan endemik asli Indonesia dan mulai berkontribusi dalam melestarikan keberadaan mereka. Sampai berjumpa lagi Sobat Atourin!
Pustaka
Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan: Primata Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.