Emmanuel Axelliano
Time to read: 7 menit
Apa itu Dark Tourism?
Hi Sobat Atourin, pernahkah kamu mendengar istilah dark tourism? Atau justru kamu merupakan penggemar dari wisata menantang? Dark tourism menawarkan sesuatu yang berlawanan dari destinasi wisata lain pada umumnya. Jika konsep atau tujuan berwisata adalah bersenang-senang, maka dark tourism justru sebaliknya. Hal utama yang ditawarkan adalah sebuah kesedihan dan nuansa haru. Dark tourism sendiri akan membawa para pengunjungnya untuk terlibat dan merasakan kejadian, tragedi, atau fenomena yang terjadi pada masa lampau. Wisata ini bisa memicu perasaan serta adrenalin setiap wisatawannya. Singkatnya, dark tourism ini memiliki konsep wisata yang tertuju pada tempat-tempat dulunya pernah menjadi sebuah saksi dari tragedi atau berbagai pariwisata masa lalu. Bahkan beberapa tempat wisata dark tourism juga berlokasi di area terbuka yang luas. Sehingga sirkulasi udaranya yang dihasilkan juga baik dan lancar. Karena adanya perbedaan pengalaman berwisata yang ditawarkan kepada wisatawan, maka wisatawan juga memiliki cara berbeda untuk menikmatinya. Dark tourism mengedepankan nuansa perenungan dan penghormatan dibanding euforia melepas penat. Dark tourism juga bisa menjadi sebuah pembelajaran terhadap sebuah tragedi agar ke depannya tidak terjadi hal yang sama terulang kembali. Selain itu wisata ini juga mampu menjembatani masa lalu hingga masa sekarang.
Beberapa Tempat Wisata Dark Tourism di Indonesia
Di Indonesia, keberadaan wisata dark tourism banyak tersebar di berbagai provinsi. Tempat wisata seperti Museum Sisa Hartaku di Jogja, Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya di Jakarta, Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Monumen Bom Bali di Legian dan beberapa tempat lainnya itu menawarkan sebuah pengalaman dan “euforia” yang berbeda serta masih relevan dengan kondisi sekarang. Di Museum Sisa Hartaku misalnya, lokasi ini adalah salah satu daerah yang sangat terdampak ketika Gunung Merapi meletus pada tahun 2010 silam. Tempat ini habis disapu rata oleh lava panas dan wedhus gembel.
Museum ini dibangun untuk memperingati letusan dan seluruh korban serta penyintas peristiwa tersebut. Pada museum ini terpampang dengan jelas beberapa harta benda milik warga yang tersisa pasca letusan Gunung Merapi. Wisatawan pun dapat melihat berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dan gelas, kemudian ada motor-motor usang yang hanya tinggal rangkanya sebagai bukti keganasan dan panasnya letusan Merapi. Bahkan ada sisa tulang belulang hewan ternak yang tersisa.
Bergeser ke Legian, Bali. Ada sebuah monumen yang megah dan berdiri dengan tegak sebagai sebuah ikon dari kota tersebut. Monumen Bom Bali ini menjadi salah satu bukti dari betapa mengerikannya serangan teroris yang terjadi dengan dua ledakan bom yang hanya berselang 15 detik. Setidaknya 200 orang, baik wisatawan domestik maupun mancanegara tewas karena adanya serangan bom tersebut. Beberapa bunga dan bendera menghiasi monumen yang berisi ratusan nama korban jiwa yang ada. Selain mengenang dan mengetahui peristiwa yang terjadi pada masa lampau, wisatawan juga bisa melihat bagaimana Bali berusaha bangkit dan pulih. Terbukti proses panjang bangkitnya pariwisata di sana berhasil karena sekarang Bali menjadi salah satu primadona wisata di Indonesia.
Berpindah ke Jakarta, ada salah satu tempat yang menjadi saksi peristiwa legendaris di Indonesia. Monumen Lubang Buaya menjadi salah satu tempat yang mengandung makna historis yang sangat kental. Secara tidak langsung tempat ini menjadi saksi bisu dari terbunuhnya 7 pahlawan revolusi Indonesia dalam pemberontakan G30S/PKI puluhan tahun silam. Di tempat ini terdapat sebuah sumur tua yang pada tahun 1965 digunakan untuk tempat membuang jenazah para pahlawan revolusi. Tidak hanya itu, beberapa diorama, koleksi foto serta 7 patung pahlawan dan burung garuda berdiri secara gagah dan megah untuk menjadi tanda dan bukti dari peristiwa yang terjadi di masa itu.
15 tahun lalu di daerah Sidoarjo, Jawa Timur terdapat sebuah tragedi meluapnya lumpur hingga merendam 16 desa di tiga kecamatan. Akibat peristiwa tersebut aset warga seperti rumah, perkebunan, ladang sawah, dan lain-lain harus hilang karena terendam lumpur. Karena peristiwa ini kerugian yang dialami oleh masyarakat ditaksir mencapai 45 triliun rupiah. Tentu itu adalah sebuah nominal yang sangat besar dan menjadi sebuah duka yang berkepanjangan hingga sekarang. Peristiwa ini juga tentu saja memakan korban jiwa dan menghancur 2 desa yang menjadi tempat tinggal dan beraktivitas masyarakat Sidoarjo.
Pendapat Terkait Dark Tourism
Pro dan kontra terhadap wisata ini tentu ada. Di satu sisi, ada pihak yang berpendapat bahwa dark tourism mengeksploitasi tragedi, pengalaman buruk, bahkan privasi para penyintasnya. Tapi dari sisi yang berlawanan, ada yang beranggapan bahwa wisata ini merupakan cara edukasi yang sangat tepat bagi wisatawan khususnya dan masyarakat umumnya. Bagaimana wisata ini memperlihatkan kondisi dan alur cerita dari setiap tragedi yang terjadi di masa lampau secara apa adanya. Tentunya dark tourism ini juga membantu ekonomi warga lokal yang memang berada di sekitar area tersebut. Dualisme sudut pandang itu tidak salah, justru bisa semakin menjadi masukan agar ke depannya berbagai kajian dan juga penelitian tentang dark tourism bisa terus berkembang. Harapan kita semua adalah agar apa yang disajikan tidak menyinggung siapapun, baik penyintas maupun wisatawan itu sendiri. Dark tourism bisa menjadi salah satu andalan wisata yang patut diperhitungkan. Pengemasan dan penyajian wisata yang menarik bisa memberikan pengalaman yang berharga dan berkesan bagi siapapun yang berkunjung. Untuk itu tidak ada salahnya jika pengelolaan dan promosi dark tourism lebih dikedepankan lagi dalam pariwisata Indonesia. Bagaimana menurut Sobat Atourin?