(Ririn Atourin)
Sobat Atourin tentu sudah mendengar berita tentang viralnya sebuah film horor yang bercerita tentang pengalaman beberapa mahasiswa yang melakukan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) di sebuah daerah. Film yang diangkat dari, konon, kisah nyata ini kemudian mencetak rekor sebagai film horor Indonesia terlaris dilihat dari jumlah penonton. Di salah satu bagian cerita disebutkan ada penari kemudian ada iring-iringan musik tradisional. Nah, yakin pasti Sobat Atourin pernah melihat tari ya baik secara langsung maupun rekaman.
Nah ngomong-ngomong soal tari, Indonesia punya banyak sekali tari mulai dari tari tradisional, kontemporer sampai modern. Ada tari tradisional bahkan sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Tari ini ada yang ditujukan untuk hiburan, upacara agama dan kepercayaan tertentu, atau tujuan lainnya. Nah dari beberapa tari tradisional ini ada yang sifatnya sangat sakral dan hanya ditarikan di waktu atau acara tertentu saja. Nah, yuk simak berikut ini beberapa tari tersebut.
Pementasan Calon Arang
Calon Arang berasal dari era Kerajaan Kediri yang terkenal sebagai janda dengan kekuatan yang luar biasa. Diceritakan karena alasan tertentu, Calon Arang lantas menyebarkan teluh ke seluruh penjuru negeri mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerugian lainnya. Namun Empu Barada yang merupakan empu masyur pada kala itu kemudian mengalahkan Calon Arang dan kemudian membuat Calon Arang kembali ke jalan kebenaran. Cerita Calon Arang masih diyakini oleh teman-teman kita masyarakat Hindu Bali. Pementasan Calon Arang masih sering dijumpai di Bali. Pementasan ini sangat sakral dan dilakukan setiap piodalan di Pura Dalem. Calon Arang merupakan representasi Rangda yakni kejatahan yang memang perlu seimbang dengan Barong yang merupakan representasi kebaikan. Pementasan ini bisa berlangsung berjam-jam biasanya mulai jam 8 atau 9 malam sampai jam 3 atau 4 paginya. Panjangnya durasi karena banyaknya tarian serta scene cerita Calon Arang yang ditampilkan. Pementasan ini diiringi musik gamelan Bali.
Tari Seblang
Tari Seblang adalah tari khas Suku Osing. Seblang merupakan singkatan dari kata ‘sebele ilang’ atau sialnya hilang. Tari ini bisa ditemui di dua desa yakni Desa Oleh Sari dan Desa Bakungan, Kecamatan Glagah Banyuwangi, Jawa Timur. Bedanya tari seblang di Desa Oleh Sari ditarikan oleh gadis belia dan dilaksanakan selama 7 hari berturut-turut setelah Idul Fitri. Sedang di Desa Bakungan, tari ini ditarikan oleh Wanita berusia 50 tahun ke atas dan dilaksanakan seminggu setelah Idul Adha, semalam suntuk. Penari tari ini tidak sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang terpilih dan memiliki pertalian darah dengan leluhur seblang terdahulu, Mbah Tiyon. Berbagai ritual pun digelar sebelum tari dipentaskan. Saat penari mulai menari, mereka tidak sadarkan diri karena adanya roh yang memasuki tubuh mereka. Penari ini kemudian menari diiringi musik gamelan khas Suku Osing seperti kembang dermo, kembang gadung, padha nonton, dan pundak sempal.
Kuda Lumping
Kuda lumping merupakan kesenian yang yang ditemukan di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Menjadi kesenian khas Suku Jawa, namanya mungkin berbeda-beda antara satu daerah dengan yang lainnya. Ada yang disebut jathilan, jaran dor, jaran samboyo, atau lainnya tergantung bagaimana pementasan tari dan alat pendukungnya. Namun properti utama adalah jaranan atau bentuk yang merupai kuda. Salah satu bagian dari pementasan kuda lumping yang paling ditunggu adalah ndadi yaitu ketika penari kerasukan dan kemudian menari tak sadarkan diri. Penari ini kemudian melakukan banyak hal yang membuat penonton ternganga termasuk makan daging mentah bahkan beling. Dalam pementasan kuda lumping, selain penari jaranan juga ada karakter lain seperti gendruwon, penthul, jepaplok, dan lainnya.
Tari Sintren
Tari ini merupakan khas dari daerah pesisir utara seperti Cirebon, Indramayu, Majalengka, Pemalang, Tegal, Kuningan, dan Subang bagian utara. Sintren merupakan singkatan dari si yang artinya panggilan dan tren dari tri atau putri. Dengan demikian sintren bisa di artikan sebagai si putri atau si penari. Ada beberapa syarat untuk menari sintren yakni perempuan yang suci bersih serta melakukan puasa sebelum tari dipertunjukkan. Yang menarik adalah perempuan ini akan diikat tangannya dan dimasukkan ke dalam kurungan ukuran besar. Di dalam kurungan itu juga akan dimasukkan kostum penari. Tidak selang berapa lama, penari itu sudah menggunakan kostum lengkap dengan riasan wajah. Yang kemudian dia menari tak sadarkan diri dengan diiringi musik tradisional.
Tari Bedhaya Ketawang
Tari ini ditarikan saat jumenengan atau penobatan raja serta peringatan kenaikan tahta raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Jawa Tengah. Bedhaya bisa diartikan sebagai penari wanita di istana. Sedang ketawang berarti langit atau bisa diartikan keluhuran. Tarian ini menggambarkan kisah cinta antara Kanjeng Ratu Kidul dengan raja-raja Mataram. Ditarikan oleh 9 orang penari, masing-masing mempunyai makna tersendiri sesuai dengan posisinya. Penari pertama disebut batak, menyimbolkan pikiran dan jiwa. Penari kedua disebut Endhel Ajeg, menyimbolkan keinginan hati atau nafsu. Penari ketiga disebut Endhel Weton, menyimbolkan tungkai kanan. Penari keempat disebut Apit Ngarep, menyimbolkan lengan kanan. Penari kelima disebut Apit Mburi, menyimbolkan lengan kiri. Penari keenam disebut Apit Meneg, menyimbolkan tungkai kiri. Penari ketujuh disebut Gulu, menyimbolkan badan. Penari kedelapan disebut Dhada, menyimbolkan badan. Penari kesembilan disebut Buncit yang disimbolkan sebagai organ seksual. Penari kesembilan menyimbolkan konstelasi bintang-bintang yang merupakan langit. Penari ini akan menari selama beberapa jam diiringi musik gamelan Jawa.
Nah demikian beberapa tari sakral yang ada di Indonesia. Kira-kira mana tari yang pernah kamu lihat? Yuk selalu hargai dan lestarikan seni tradisi Indonesia untuk kita bersama.