Pernah nggak sih, lagi scroll medsos atau baca artikel traveling, tau-tau muncul topik “sustainable tourism”? Kayak semua orang lagi heboh ngomongin ini, mulai dari brand pariwisata, traveler, sampai destinasi-destinasi hits yang mulai promosi “lebih ramah lingkungan”.

Tapi sebenarnya, apa sih yang bikin konsep ini tiba-tiba jadi bahan obrolan di mana-mana? Dan kenapa kita, sebagai traveler perlu peduli akan hal itu?

Sustainable Tourism Itu Sebenarnya Apa, Sih?

Secara sederhana, sustainable tourism itu cara traveling yang nggak cuma fokus “liburan enak”, tapi juga mikirin dampak jangka panjang ke lingkungan, masyarakat lokal, dan ekonomi daerah.

Bukan berarti kamu harus camping di hutan tanpa listrik atau makan daun, ya. Intinya, konsep ini ngajak kita buat tetap menikmati perjalanan, tapi sambil menjaga agar destinasi itu tetap bisa dinikmati generasi berikutnya.

Ada tiga hal utama yang jadi pondasinya:

  • Lingkungan tetap terjaga: mengurangi sampah, menjaga ekosistem, dan nggak merusak alam.

  • Masyarakat lokal ikut diuntungkan: bukan cuma jadi penonton, tapi benar-benar dapat manfaat dari kunjungan wisatawan.

  • Ekonomi daerah hidup secara sehat: uang dari sektor wisata muter di komunitas lokal, bukan cuma ke pihak luar.

Kenapa Tiba-Tiba Banyak yang Bahas Sustainable Tourism?

Kalau kamu perhatiin, tren perjalanan sekarang makin berubah. Dulu, orang cuma cari tempat cakep buat foto-foto. Sekarang, makin banyak traveler yang peduli soal:

  • Sampah yang menumpuk di destinasi wisata,
  • Overtourism yang bikin tempat rusak,
  • Bisnis lokal yang kalah sama usaha besar,
  • Dampak lingkungan dari aktivitas wisata.

Brand pariwisata dan pemerintah juga mulai aware, kalau destinasi cuma dieksploitasi tanpa dijaga, lama-lama akan rusak. Makanya sustainable tourism jadi topik yang lagi naik daun, bukan sekadar tren, tapi sebuah kebutuhan.

Contoh Nyata Sustainable Tourism

Ini dia, contoh yang sering kamu temui tanpa sadar kalau kamu lagi melakukan sustainable tourism:

1. Milih homestay atau usaha lokal
Saat kamu nginep di penginapan yang dikelola warga setempat, pendapatan itu langsung balik ke komunitas.

2. Ikut aktivitas budaya yang benar-benar diberdayakan lokal
Misalnya belajar masak makanan daerah, ikut workshop batik, atau tur sejarah yang dipandu warga asli.

3. Membawa botol minum sendiri
Kelihatannya sederhana, tapi ini ngurangin sampah plastik yang biasanya jadi masalah utama destinasi.

4. Milih operator tur yang punya praktik ramah lingkungan
Bisa dari cara mereka kelola sampah, edukasi pengunjung, sampai dukungan ke konservasi.

5. Menghargai aturan lokal
Se-simple nggak memetik tanaman di hutan wisata atau nggak masuk area sakral sembarangan.

Hal-hal kecil kayak gini kalau dilakuinnya bareng-bareng bisa punya dampak besar.

Lalu, Apa Keuntungannya Buat Kita sebagai Traveler?

Ini bagian yang sering orang lupa. Sustainable tourism itu bukan cuma “buat bumi”, tapi juga menguntungkan buat kita:

  • Destinasi tetap indah dan terjaga, jadi pengalamanmu tetap maksimal.

  • Interaksi dengan masyarakat lokal lebih otentik dan memorable.

  • Traveling jadi lebih bermakna, nggak cuma datang–foto–pulang.

  • Kita jadi bagian dari solusi, bukan masalah.

Tanpa usaha kayak gini, destinasi wisata bisa cepat rusak, mahal, atau bahkan ditutup. Jadi, sebenarnya konsep ini juga melindungi kualitas liburan kita di masa depan.

Jadi, Sustainable Tourism Itu Bukan Tren Sementara

Sustainable tourism bukan sekadar istilah yang lagi ramai dibahas terus nanti menghilang kayak tren-tren traveling musiman. Konsep ini tumbuh karena ada kebutuhan nyata, destinasi butuh dijaga, masyarakat lokal perlu dapat manfaat, dan kita sebagai traveler mau pengalaman yang lebih berarti. Semakin sering kita jalan-jalan, semakin terasa bahwa pariwisata yang “asal datang” nggak relevan lagi, yang dibutuhkan itu cara berwisata yang tetap seru tapi nggak merusak apa pun.

Yuk follow Instagram @atourin buat dapetin insight traveling seru lainnya. Kalau mau eksplor lebih banyak inspirasi destinasi, langsung mampir ke arti.atourin.com.