(Sabila Rosyida)
Jika Candi Dieng merupakan candi Hindu tertua di Indonesia, maka, Candi Sukuh merupakan candi Hindu termuda di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, Candi Sukuh ditemukan pada tahun 1815 oleh Jenderal Johnson di bawah kepemimpinan Gubernur Raffles. Candi Sukuh kemudian menjadi bahan diskusi panas para arkeolog dan masyarakat awam sebab arsitekturnya yang terkesan nyeleneh. Wah, kok bisa gitu, ya? Dalam menyingkap arti di balik relief dan arca “porno”nya, penting bagi kita untuk memahami seluk-beluk sejarah candi Hindu termuda di Indonesia ini. Yuk, simak pembahasan di bawah ini untuk membantu mencerahkanmu, sobat Atourin!
Dari Hindu ke Islam, Inggris ke Belanda
Candi Sukuh tercatat didirikan pada abad ke-15, tepatnya pada masa pemerintahan Ratu Majapahit, Suhita (1429 – 1446). Tak seperti candi Hindu pada umumnya, Candi Sukuh berbentuk trapesium yang kalau dilihat-lihat, mirip dengan bangunan peninggalan suku Maya di Amerika Tengah. Berdirinya Candi Sukuh turut menandai pergantian pemerintahan, sobat Atourin. Pasalnya, pada abad yang sama, Kerajaan Majapahit runtuh dan Islam menginvasi Pulau Jawa. Karena itulah, Candi Sukuh dijuluki sebagai ‘The Last Temple’.
Jenderal Johnson menemukan candi ini pada tahun 1815 di bawah komando Gubernur Letnan Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles, yang saat itu sedang menulis ‘The History of Java’. Sayangnya, ambisi Raffles terpaksa dipindahtangankan ke Belanda saat negara tersebut “melangkahi” Inggris dalam menginvasi Nusantara. Belanda kemudian mempercayakan penelitian ini kepada arkeolog masyhurnya, Van der Vlis. Dilansir dari CNN Indonesia, penelitian Van der Vlis ini dilaporkan dalam tulisannya yang berjudul ‘ProveEenerBeschrijten opSoekoeh enTjeto’.
Arsitektur Erotis dan Maknanya
Sebagian besar arsitektur Candi Sukuh memang agak berbeda dari arsitektur candi Hindu di Indonesia lainnya. Pertama, alih-alih tinggi dan ramping, Candi Sukuh dibangun dalam bentuk trapesium, mirip peninggalan piramida. Candi ini terbentuk dari tiga teras saja; teras pertama berupa gerbang, teras kedua berupa gapura dengan patung dwarapala, serta teras ketiga berupa candi itu sendiri; tempat ibadah dan pemujaan masyarakat Hindu masih dipraktikkan hingga saat ini. Sebagai bangunan suci, ketiga bagian candi ini sampai saat ini masih diterapkan di bangunan suci Hindu yakni area luar (jaba), area tengah (madya), dan area dalam (jero).
Kedua, fitur paling mencolok dari arsitektur Candi Sukuh – adalah desain relief dan arcanya yang mengusung tema seksualitas. Saat mengunjungi Candi Sukuh, kamu akan disuguhi penampakan relief lingga (kelamin pria) dan yoni (kelamin wanita) yang saling berhadapan di lorong gapura, arca manusia tanpa kepala yang sedang memegang kelamin tak proporsionalnya, serta arca kelamin pria. Semua arsitektur yang terkesan ‘nyeleneh’ ini sebetulnya punya maksud tertentu, sobat Atourin. Perlu kita pahami bahwa terdapat perbedaan pandangan antara masyarakat dulu dan masyarakat sekarang mengenai seksualitas. Tak selamanya tabu, ukiran-ukiran di Candi Sukuh ini menggambarkan harapan atas kesuburan untuk menghasilkan generasi yang baik.
Lingga sendiri sebetulnya merupakan simbol dari Dewa Siwa. Sementara itu, yoni merupakan simbol dari istrinya, yaitu Parwati. Ukiran lingga dan yoni di lantai gapura dipahat untuk menyucikan pengunjung Candi Sukuh. Relief ini juga dipercaya digunakan untuk uji keperawanan calon pengantin pada masanya. Saat seorang wanita melangkahi relief dan kain kebaya yang dikenakannya robek, maka ia masih perawan. Jika kain kebayanya terlepas, maka ia tidak perawan.
Mengunjungi Candi Sukuh
Nah, jika Sobat Atourin tertarik untuk mengunjungi Candi Sukuh, kamu bisa mengunjunginya di lereng kaki Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Dari Kota Solo, Candi Sukuh berjarak 35 km dari sana. Terletak di ketinggian 1.186 meter di atas permukaan air laut, kamu akan menyusuri jalanan curam dengan pemandangan kebun teh. Pastikan kondisi kendaraanmu dalam keadaan prima, ya. Dengan tiket masuk seharga Rp7.000,00, kamu bisa mengunjungi Candi Sukuh bersama teman dan keluarga kamu sesuai jam operasionalnya, 08.00 – 17.00 WIB.
Nah, itu dia penjelasan mengenai Candi Sukuh dan arsitektur “nyeleneh”nya yang ternyata, sangat filosofis. Gimana, tertarik untuk pergi ke sana? Selain Candi Sukuh, Atourin masih punya ratusan rekomendasi tempat wisata di seluruh Indonesia yang bisa jadi referensi untuk liburan kamu dan keluarga. Caranya gampang, cukup kunjungi laman dan media sosial Atourin secara rutin. Sampai jumpa di rekomendasi tempat wisata selanjutnya!