Berlokasi di Sulawesi Selatan, Kabupaten Toraja menyajikan perpaduan sempurna antara keindahan alam, harmoni sosial, dan keunikan budaya. Hamparan sawah hijau, bukit-bukit terjal, dan kuburan-kuburan batu menjadi daya tarik utama bagi para penjelajah alam. Masyarakat Toraja terkenal dengan keramahan dan kehangatannya. Kehidupan sosial mereka erat kaitannya dengan tradisi dan adat istiadat yang masih dilestarikan, seperti upacara rambu solo dan rambu Tuka. Budaya Toraja juga tercermin pada arsitektur rumah adat “tongkonan” yang ikonik dan dihiasi ukiran kayu yang indah. Tidak boleh terlewatkan, warna warni tenun khas Toraja dengan motif-motif simbolik. Ragam budaya eksotis ini telah banyak menarik perhatian para pecinta budaya dari dalam hingga luar negeri. Di Toraja, wisatawan dapat menjelajahi desa-desa eksotis, menyaksikan ritual adat yang sakral, dan berinteraksi dengan kehangatan masyarakat setempat.
Berawal dari Kedai Kopi hingga Menjadi Desa Wisata Maju
Terletak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Rantepao, Desa Wisata Sangbua menjadi salah satu lokasi andalan bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh kebudayaan Toraja. Kata “sang” berarti tempat dan “bua” berarti pesta yang berarti sebuah tempat untuk mengadakan pesta. Pesta disini juga bermakna suatu upacara adat. Terdapat dua pesta upacara adat yang masih terus dilestarikan disini yaitu rambu tuka dan rambu solo. Rambu tuka merupakan upacara bernuansa suka cita contohnya pernikahan sedangkan rambu solo memiliki makna yang sebaliknya yaitu duka cita seperti kematian. Kedua upacara adat tersebut menjadi daya tarik wisata beriringan dengan berbagai situs purbakala dan situs budaya yang masih sangat terawat dan disakralkan. Situs yang paling populer dan sakral di Desa Wisata Sangbua adalah kuburan Londa. Di sana terdapat berbagai peti mati, tengkorak hingga tau-tau atau patung menyerupai manusia yang berusia ratusan tahun. Banyak hal yang dapat digali dari tempat ini, mulai dari sejarah, prosesi pemakaman hingga simbol-simbol penuh makna.
“Bagaimana budaya itu menyatu padu dengan alamnya, itu yang kita tawarkan dari Desa Wisata Sangbua” ucap seorang pria yang akrab disapa Bang Wila, pegiat wisata di Desa Wisata Sangbua. Kini berusia 40 tahun, Bang Wila pulang kampung ke Tanah Toraja sejak tahun 2016 silam. Ia merupakan putra asli Tanah Toraja yang sebelumnya mengadu nasib di perantauan. Berpindah-pindah kerja di Pulau Jawa hingga Pulau Sulawesi, mulai dari bidang pemasaran hingga asuransi. Hingga akhirnya ia tergerak untuk pulang kampung ke tanah kelahirannya dan membuka usaha di sana. Membuka kedai kopi yang ia beri nama Lande Coffee menjadi usaha pertamanya. Berlokasi strategis di dekat jalan besar, kedai kopi ini kerap disambangi para pelancong baik domestik hingga mancanegara. Tentu kopi toraja yang sudah tidak diragukan lagi popularitas dan kualitasnya menjadi sajian utama di kedai kopi ini.
Bang Wila tidak hanya sekedar menyajikan kopi saja, ia banyak berinteraksi dengan para pelanggan hingga piawai berbahasa inggris. Tidak jarang kedai kopi ini menjadi tempat bertukar informasi dan rekomendasi tentang pariwisata di Toraja khususnya di Desa Wisata Sangbua. Secara tidak langsung, Bang Wila aktif mempromosikan Desa Wisata Sangbua melalui kedainya. Dari sinilah ia mulai melihat peluang baru yaitu adanya kebutuhan wisatawan akan penginapan di Desa Wisata Sangbua. Akhirnya ia membuka penginapan bergaya arsitektur tradisional toraja. Penginapan miliknya sangat digemari terutama oleh wisatawan mancanegara sebab mereka dapat merasakan “living like a local” atau hidup seperti masyarakat setempat. Untuk memberi pengalaman yang lebih mendalam dan berkesan tentang toraja, Bang Wila juga menjadi seorang tour guide atau pemandu wisata. Ia siap menemani wisatawan berkeliling di Desa Wisata Sangbua sembari menceritakan budaya, sejarah, kehidupan dan masyarakat setempat. Hingga akhirnya ia dihubungi oleh dinas setempat untuk ikut pada pelatihan pariwisata digital mewakili Desa Wisata Sangbua dan mulai mengenal Atourin.
Pelatihan pariwisata digital yang diikuti Bang Wila menjadi awal kemajuan Desa Wisata Sangbua menjadi seperti yang dapat kita lihat saat ini. Dengan dibekali ilmu dari serangkaian pelatihan, Bang Wila semakin mantap dalam mengembangkan Desa Wisata Sangbua. Tidak hanya berfokus pada bisnis pribadi, mengembangkan Desa Wisata Sangbua secara keseluruhan dan berupaya agar semakin banyak masyarakat setempat yang merasakan manfaat pariwisata menjadi agenda utamanya. Seperti desa wisata-desa wisata lainnya, Desa Wisata Sangbua juga mengalami kesulitan ketika pandemi COVID-19 melanda. Namun, Bang Wila mencoba untuk tetap eksis salah satunya dengan mengisi salah satu sesi virtual tour bekerjasama dengan Atourin. Ia juga giat mempelajari Atourin Visitor Management System (AVMS) dan mengunggah berbagai produk Desa Wisata Sangbua seperti kopi dan paket wisata. “Walaupun kami mengalami berbagai hambatan atau tantangan tetapi pokoknya kita maju aja dulu”, ucap Bang Wila untuk membangkitkan optimisme. Tantangan juga hadir dari faktor internal yaitu masyarakat setempat. Masyarakat memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dan tidak ada yang mendalami pariwisata secara khusus. Segala upaya untuk memajukan pariwisata di sini juga dilakukan secara probono. Oleh karena itu, Bang Wila terus berusaha membangun desa yang ia banggakan agar masyarakat dapat melihat bahwa mereka bisa dan pasti bermanfaat. Akhirnya, Desa Wisata Sangbua berhasil menjadi satu-satunya desa wisata berstatus maju di Toraja. Lebih dari itu, semakin banyak masyarakat setempat yang menikmati manfaat pariwisata di antaranya dengan berjualan produk-produk khas Toraja dan Desa Wisata Sangbua.
Pendidikan Lingkungan untuk Pariwisata yang Regeneratif
Menjadi sebuah desa wisata maju tentu bukan sebuah garis finish bagi Bang Wila dan masyarakat setempat. Justru jauh sebelum itu, surat keterangan bupati perihal penunjukan Desa Sangbua menjadi sebuah desa wisata telah menjadi genderang bagi masyarakat setempat untuk semakin giat bergotong royong membangun desa. Salah satu yang diupayakan oleh Bang Wila saat ini adalah menanamkan pendidikan lingkungan kepada masyarakat setempat khususnya dimulai dari anak-anak. “Kami ingin bekerjasama berkolaborasi sehingga memajukan pelestarian lingkungan hidup dengan sekaligus menjalankan pariwisata yang regeneratif”, ucap Bang Wila menjelaskan tujuannya menghadirkan pendidikan lingkungan di Desa Wisata Sangbua. Sederhananya, ia ingin mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya menjaga kebersihan dan memilah sampah. Ia ingin mereka memahami hal tersebut sejak usia dini sehingga dapat terus tertanam hingga dewasa dan harapannya juga dapat mempengaruhi keluarganya di rumah untuk bersama-sama melestarikan lingkungan.
Hal ini juga merespon adanya masalah lingkungan di desa mereka yaitu tercemarnya Sungai Sadan yang dahulu menjadi sumber penghidupan. Masyarakat turut berharap Sungai Sadan yang mereka banggakan dapat kembali bersih. Beberapa program sudah ada dalam bayangannya, di antaranya program sungai butuh cinta bukan sampah, sekolah nol sampah dan pengelolaan limbah. Tentu hal ini berkaitan erat dengan pariwisata regeneratif, sebab dengan adanya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan maka Desa Wisata Sangbua dapat terus menjadi tujuan wisata yang layak dan otentik. Selain itu, diharapkan Desa Wisata Sangbua juga dapat menjadi desa wisata tanpa limbah sebab masyarakat setempat dapat mengolahnya secara mandiri seperti membuat ecobrick, eco enzyme dan kompos. Selain regeneratif secara lingkungan, Bang Wila juga mengupayakan regeneratif di bidang budaya dengan mengadakan sekolah tari. Berkolaborasi dengan pegiat budaya setempat, sekolah tari tradisional dilaksanakan setiap dua kali seminggu. Sekolah ini telah berjalan dan diikuti sekitar 20 siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Selain membawa visi pelestarian budaya, sekolah tari tersebut juga dapat menyalurkan bakat anak-anak yang nantinya dapat mendukung pariwisata di Desa Wisata Sangbua itu sendiri. Sebagai salah satu unsur pariwisata, pertunjukan budaya menjadi salah satu daya tarik yang tidak kalah menarik untuk disajikan.
Atas kiprahnya tersebut, Bang Wila pernah menjadi peserta program Indonesia Destination Leadership Program yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2023. Bang Wila mewakili Toraja dan Sulawesi Selatan dalam program prestisius itu.
Atourin menyampaikan penghargaan tertinggi untuk para pegiat wisata di seluruh Indonesia yang tanpa lelah terus berupaya untuk maju. Tidak ada harga yang pantas untuk membayar dedikasi dan kerja keras mereka selama ini. Bang Wila menjadi sebuah inspirasi dalam membangun interaksi dengan siapapun dan mengolah informasi yang didapat menjadi masukan untuk maju. Kemajuan Desa Wisata Sangbua saat ini mungkin tidak terlepas dari obrolan-obrolan kecil nan hangat bersama para pengunjung di kedai kopi miliknya. Bahkan dari hal sekecil itu, dapat menghadirkan manfaat yang lebih besar bagi lebih banyak orang di sekitarnya. Kami berharap akan ada lebih banyak pegiat wisata di luar sana yang berani untuk maju tanpa khawatir akan kecilnya modal yang mereka miliki. Kami juga berharap semakin banyak desa wisata yang menyadari pentingnya pariwisata regeneratif dan berupaya mengimplementasikannya mulai dari hal sekecil apapun.