Oleh: Tim Asisten Penelitian Atourin
Cross-Sectional Survey: Wisatawan Indonesia dan Pengelola Desa Wisata Sepakat untuk Menerapkan Pariwisata Berkualitas Setelah Divaksin
Halo sobat atourin! Selamat hari Pariwisata Dunia! Berikut adalah hasil survei potong lintang (cross-sectional survey) kepada pengguna aktif atourin dan pengelola Desa Wisata tentang keinginan berwisata ke Desa setelah vaksin, sebanyak 57.3% wisatawan Indonesia lebih memilih datang ke Desa Wisata yang sebagian besar Masyarakatnya telah melakukan program vaksinasi minimal dosis pertama. Selaras dengan hasil survei atourin kepada pengelola Desa Wisata, lebih dari 68% Desa Wisata sudah melakukan program vaksinasi dengan minimal dosis pertama. Menariknya lagi, lebih dari 70% wisatawan Indonesia ingin berpergian dengan kelompok kecil (2-6 orang) setelah mereka divaksin ke Desa Wisata dan 53.6% Pengelola Desa Wisata hanya ingin menerima wisatawan dengan kelompok kecil.
Gambar 2. Hasil olahan data survei kondisi Desa Wisata selama pandemi Covid-19
Jakarta, 27 September 2021 – Desa Wisata menjadi daya tarik bagi wisatawan Indonesia khususnya bagi pengguna aktif atourin. Di masa pandemi covid-19, salah satu fokus atourin adalah mendampingi Desa Wisata untuk peningkatan kapasitas SDM dan mempromosikan Desa Wisata dengan aktivitas wisata virtual hingga promosi melalui travel blogger.
Survei ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada pengelola Desa Wisata agar bisa membuat program yang tepat untuk wisatawan di kemudian hari dan memberitahu wisatawan Indonesia mengenai syarat dan ketentuan berkunjung ke Desa Wisata.
Terdapat 255 wisatawan dan 121 perwakilan desa wisata dari seluruh Indonesia yang ikut berpartisipasi dalam survei ini. Sebagian besar wisatawan sudah memiliki pengalaman berkunjung ke desa wisata (65,8%) dan sudah mendapatkan vaksin (83,9%). Sedangkan hampir seluruh desa wisata yang berpartisipasi juga sudah menjalankan program vaksinasi (92,9%). Dua kelompok responden ini dirasa mampu memberikan gambaran mengenai ekspektasi wisatawan dan desa wisata dalam pelaksanaan kegiatan wisata setelah program vaksinasi berjalan.
Rencana Kunjungan Wisatawan
Ternyata minat masyarakat untuk berwisata masih cukup tinggi. Sebagian besar wisatawan (84,7%) telah menyiapkan rencana liburan mereka, dengan berbagai tingkat kesiapan yang berbeda. Kondisi saat ini dan program vaksinasi telah membuat sebagian calon wisatawan merasa nyaman berwisata (21,6%).
Meski demikian kondisi PPKM masih menjadi penghalang terbesar bagi wisatawan untuk pergi berlibur (51,4%). Hal ini juga terlihat pada preferensi wisatawan (77,1%) untuk hanya melakukan liburan di destinasi wisata yang dekat, atau paling tidak di pulau yang sama, kemungkinan besar disebabkan oleh pembatasan mobilitas di masa PPKM. Lebih lagi, hampir seluruh wisatawan (92,5%) mempertimbangkan level PPKM desa wisata sebelum memutuskan untuk berkunjung.
Persiapan Desa Wisata menyambut Wisatawan
Desa wisata pun tidak tinggal diam saat melewati masa pandemi. Berkurangnya wisatawan justru digunakan untuk mengembangkan performa desa wisata, misalnya dengan melakukan penataan kawasan (69%), merancang program-program baru (64,3%), hingga mengikuti berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam melayani wisatawan (64,3%). Mereka pun mengadopsi berbagai jalur pemasaran yang baru untuk menarik minat wisatawan di masa pandemi, antara lain dengan meningkatkan promosi melalui media sosial (86,5%), mengadakan kegiatan yang berbasis kekhasan daerah (57,9%), dan memungkinkan pemesanan berbasis teknologi (35,7%).
Pengaruh Program Vaksinasi
Sebagian besar wisatawan (82%) mengaku bahwa informasi mengenai kondisi program vaksinasi di desa wisata dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk berkunjung ke desa wisata. Wisatawan mengharapkan desa wisata sudah memvaksinasi sebagian besar atau seluruh warganya sebelum memulai kegiatan wisata di sana. Untungnya, hal ini selaras dengan kondisi vaksinasi di desa wisata. Dari seluruh responden, hanya 1 desa yang belum melaksanakan program vaksinasi, sedangkan 68,5% desa wisata telah berhasil memvaksin sebagian besar warganya. Informasi ini seharusnya mampu meyakinkan wisatawan untuk melaksanakan rencana kunjungan mereka ke desa wisata.
Pengaruh Label Sertifikasi CHSE
Sertifikasi CHSE (Certification on Health and Safety Environment) yang merupakan upaya pemerintah untuk mendorong penerapan protokol kesehatan bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif juga mendukung pelaksanaan aktivitas wisata. Sebagian besar wisatawan (79,2%) telah menjadikan CHSE sebagai bagian dari pertimbangan mereka untuk memilih desa wisata. Hampir seluruh desa wisata (90.6%) memang sudah menerapkan protokol kesehatan di seluruh kegiatan wisata di desa mereka, namun baru 60,6% desa wisata yang sudah mengikuti sertifikasi CHSE. Dengan demikian, jumlah sertifikasi bagi desa wisata perlu terus ditingkatkan untuk dapat menyediakan rasa aman dan kepastian bagi wisatawan yang berkunjung.
Kesesuaian Lain antara Ekspektasi Wisatawan dengan Kondisi Desa Wisata
Wisatawan dan desa wisata ternyata juga bersepakat untuk melakukan berbagai tindakan lain untuk menurunkan potensi penyebaran virus corona ketika berwisata. Persyaratan sertifikat vaksin disetujui oleh wisatawan (93,7%) dan desa wisata (67,7%). Sebagian besar wisatawan (74,9%) dan desa wisata (50,4%) pun setuju dengan pemberlakuan tes PCR/antigen sebelum kegiatan wisata dilakukan. Keduanya juga memiliki preferensi lebih terhadap pelaksanaan wisata dengan kelompok-kelompok kecil (2-6 orang), alih-alih rombongan besar berisi belasan dan puluhan orang yang sebelumnya sering mengunjungi desa wisata.
Desa Wisata dan Wisatawan Sama-Sama Siap Berwisata
Melihat berbagai kesesuaian antara ekspektasi wisatawan terhadap desa wisata dan kondisi perkembangan desa wisata saat ini, dapat disimpulkan bahwa desa wisata telah melakukan hal-hal yang tepat untuk menyambut kedatangan wisatawan. Terlihat pula program-program yang dilakukan pemerintah, seperti vaksinasi, sertifikasi CHSE, dan PPKM telah memberikan pengaruh nyata terhadap minat kunjungan wisatawan. Wisatawan dan desa wisata juga telah sama-sama menyadari, memahami, dan mengerjakan bentuk-bentuk kegiatan wisata yang harus berubah untuk mengakomodasi kondisi saat ini.