“Pulau Seram tentunya sangat berarti bagi saya. Di sini saya dilahirkan, dan di sini pula saya ingin membawa perubahan yang bermanfaat untuk masyarakat melalui pariwisata.
Jika kita beranjangsana ke Indonesia Timur, maka salah satu pulau yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi adalah Pulau Seram. Pulau Seram adalah pulau terbesar di Provinsi Maluku dan di sana terdapat tiga kabupaten yakni Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Timur, dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Secara lanskap alam, pulau ini punya area pegunungan dan hujan tropis dengan titik tertingginya adalah Gunung Binaiya. Selain itu juga terdapat Taman Nasional Manusela. Pulau Seram juga terkenal karena rempah-rempahnya seperti cengkih, pala, dan hasil Perkebunan lainnya.
Pulau Seram memiliki potensi wisata yang banyak dan beragam. Namun, potensi wisata yang melimpah di pulau ini masih terpendam, menunggu untuk dipromosikan dan dieksplor lebih maksimal. Di tengah upaya untuk menggali dan memajukan destinasi pariwisata ini, sosok seperti Bu Yusnita, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Barat, muncul sebagai salah satu penggerak di sana. Dengan visinya yang tajam dan dedikasi yang besar, Bu Yusnita telah menjadi kekuatan utama di belakang roda pembangunan pariwisata di pulau tersebut.
Pulau Seram bukanlah sekadar titik di peta tetapi sebuah tempat di mana sejarah dan alam bertemu dalam harmoni yang menakjubkan. Jejak-jejak panjang masa lalu, terutama yang terwujud dalam situs-situs bersejarah seperti Situs Kapitan Jonker, menjadi bukti nyata akan kebesaran sejarah pulau tersebut. Inisiatif Bu Yusnita dalam melestarikan warisan sejarah ini tidak hanya sekadar upaya kosong, tetapi sebuah perjuangan nyata untuk memastikan bahwa warisan berharga ini tetap hidup dan dihargai oleh generasi mendatang.
Namun, potensi wisata Pulau Seram tidak hanya terletak pada warisan sejarahnya. Alam yang menakjubkan dan budaya yang kaya juga menjadi daya tarik yang tak terbantahkan. Bu Yusnita melihat Pulau Seram sebagai harta karun yang belum sepenuhnya dijelajahi. Melalui berbagai inisiatif, dia berusaha untuk mengenalkan pulau yang dicinainya kepada khalayak yang lebih luas.
Wisata Virtual Pulau Seram
Sebagai seorang pegiat wisata, Bu Yusnita tidak hanya berhenti pada mengadakan acara-acara pariwisata. Beliau juga aktif dalam menciptakan program-program pendidikan dan pengembangan terutama untuk para pegiat pariwisata setempat. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah mengadakan wisata virtual atau virtual tour. Program virtual tour yang dia rintis tidak hanya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang potensi pariwisata Pulau Seram tetapi juga melibatkan mahasiswa sebagai agen perubahan dalam memajukan pariwisata lokal melalui penggunaan teknologi. Dengan pendekatan yang holistik, Bu Yusnita membawa pariwisata Pulau Seram ke tingkat berikutnya, tidak hanya sebagai destinasi liburan tetapi juga sebagai sumber pembelajaran dan inspirasi. Virtual tour dilaksanakan di tahun 2020 dan 2021 saat pandemi untuk mengedukasi masyarakat, virtual tour juga dilaksanakan oleh mahasiswa. Saat ini, wisata virtual bisa menjadi media untuk promosi potensi pariwisata bagi masyarakat sehingga mereka tahu, paham, lalu tertarik untuk datang ke Pulau Seram.
Festival Manipa Membawa Pariwisata Pulau Seram Naik Kelas
Salah satu event dimana Bu Yusnita ikut aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi adalah Festival Manipa. Manipa sendiri adalah salah satu pulau di Seram Bagian Barat. Festival Manipa terdiri dari berbagai mata acara yang sangat menarik seperti talk show, lomba dayung, festival seni budaya, dan tentunya ada Taplak Lamae. Taplak Lamae adalah tradisi adat makan bersama. Bahkan ada open trip untuk jalan-jalan ke Pulau Manipa dan daerah lain di Seram Bagian Barat. Festival Manipa ini melibatkan berbagai pihak dan tentunya menempatkan masyarakat lokal setempat sebagai salah satu pihak utama.
Saat Festival Manipa sendiri Ibu Yusnita menginisiasi untuk kerjasama dengan 2-3 desa, festival dengan dana desa, mendorong untuk mengakomodir 20 juta rupiah per desa untuk dana festival tersebut. Dengan mengadakan Festival Pulau Manipa, beliau tidak hanya menciptakan pengalaman berharga bagi wisatawan tetapi juga membangun kesadaran akan potensi pariwisata di kalangan masyarakat lokal. Melalui penyelenggaraan festival ini maka diharapkan ada promosi pariwisata dan potensi di Pulau Manipa ke masyarakat luas. Melalui pengenalan ini, diharapkan ada potensi kunjungan wisatawan ke Pulau Manipa sehingga mendukung perputaran uang dan perekonomian di sana.
Festival Pulau di Selat Valentine
Selat Valentine di Provinsi Maluku menawarkan keindahan alam yang menakjubkan. Dikenal juga sebagai Laut Halawane oleh penduduk setempat, selat ini memikat dengan laut yang tenang, sempurna untuk berenang dan menyelam. Selat ini memisahkan antara Pulau Buano dan Pulau Pua di Seram Bagian Barat. Pendekatan penyelenggaraan festival juga dilakukan di sini dimana Bu Yusnita ikut serta di dalamnya. Festival Pulau di Selat Valentine terdiri dari berbagai acara yang menarik seperti talkshow dan pasar ekonomi kreatif. Selain itu, misi dari festival ini adalah membantu mempererat hubungan antar tetangga penduduk setempat. Festival ini, selain menawarakan daya tarik wisata berupa keindahan alam juga keramahan penduduk setempat.
Mempererat Rasa Kebersamaan Melalui Tradisi Taplak Adat Lamae
Tradisi yang masih dijaga dengan erat adalah taplak adat lamae atau dulang adat. Tradisi ini tidak hanya sekadar acara makan-makan bersama, melainkan juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antar warga di sebuah desa.
Taplak adat lamae biasanya diadakan dalam rangka hajatan atau acara tertentu di sebuah desa. “Taplak Adat Lamae bukan hanya sekadar ritual, melainkan juga sarana untuk memupuk kebersamaan dan solidaritas di antara masyarakat desa.” Ujar Bu Yusnita.
Keunikan dari taplak adat lamae adalah melibatkan tidak hanya satu desa, tetapi seringkali melibatkan hingga tujuh desa sekaligus. Hal ini bertujuan untuk mempererat kekerabatan antar orang bersaudara di berbagai desa. Dalam acara ini, masyarakat desa berkumpul untuk menikmati hidangan bersama sambil berbincang dan mempererat tali persaudaraan. Hidangan ini mereka masak secara bergotong royong. Makanan-makanan khas seperti sagu, sinoli, ubi-ubian yang diolah secara khas, serta hidangan laut seperti ikan dan kerang, semuanya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner lokal. Ditambah dengan kehadiran sayuran-sayuran seperti sayur paku (pakis) dan rumput laut yang dalam bahasa lokal dikenal sebagai molokua, taplak adat lamae tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga merangkum keanekaragaman alam dan kekayaan budaya yang dimiliki daerah ini.
Tradisi taplak adat lamae juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk memahami dan menghargai warisan budaya nenek moyang mereka. Melalui partisipasi dalam acara ini, mereka belajar tentang nilai-nilai kebersamaan, kerja sama, dan menghormati tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Meskipun pandemi COVID-19 telah menghantam industri pariwisata secara luas, Bu Yusnita tidak menyerah begitu saja. Sebaliknya, dia melihat pandemi sebagai tantangan baru yang memerlukan inovasi baru. Kolaborasinya dengan berbagai pihak, termasuk Atourin, untuk menciptakan berbagai terobosan patut diberi apresiasi besar. Salah satunya adalah melalui kegiatan wisata virtual yang merupakan bukti nyata dari kemampuannya untuk beradaptasi dan tetap relevan di tengah perubahan yang cepat. Dengan menjalankan berbagai program dan inisiatif virtual, Bu Yusnita tetap menghidupkan semangat pariwisata Pulau Seram meskipun dalam kondisi sulit seperti ini.
Meskipun telah melakukan banyak upaya, Bu Yusnita menyadari bahwa masih ada tantangan besar yang harus dihadapi dalam memajukan pariwisata Pulau Seram. “Kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi pariwisata dan kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat menjadi beberapa di antaranya.” kata Bu Yusnita. Namun, dengan optimisme yang tak tergoyahkan, Bu Yusnita percaya bahwa dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat berbagai pihak, Pulau Seram akan menjadi destinasi pariwisata yang dikenal secara luas. Harapannya adalah agar setiap destinasi wisata di Pulau Seram dapat belajar satu sama lain, meningkatkan kreativitas, dan saling mendukung dalam upaya mempromosikan keindahan dan kekayaan budaya yang dimiliki. Dia berharap bahwa semangatnya membangun pariwisata khususnya di Seram Bagian Barat bisa berkembang ke seluruh Pulau Seram.
Bu Yusnita adalah contoh nyata dari kekuatan individu yang mampu mengubah paradigma dan memajukan sektor pariwisata dalam skala lokal. Dengan visi, dedikasi, dan inovasinya, beliau punyai, telah menjadikan beliau sebagai pionir memajukan pariwisata setempat. Melalui perannya yang tak tergantikan, Pulau Seram tidak hanya menjadi tujuan liburan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi semua yang mengunjunginya. Dengan semangat dan dedikasi Bu Yusnita serta para pelaku pariwisata lainnya, Pulau Seram memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi unggulan yang mendunia.